"Ia tak mungkin, dari segi apa pun, menjadi wujud potensial, dan bagi-Nya tidak ada kemungkinan, dari segi apa pun, untuk tidak mewujud. Karena inilah, Ia azali, senantiasa ada dengan subtansi-Nya dan zat-Nya tanpa butuh dalam keazalian-Nya pada sesuatu yang lain untuk kekekalan-Nya. Bahkan dengan subtansi-Nya cukuplah bagi kekekalan-Nya dan berlangsungan wujud-Nya. Tidak mungkin ada satu wujud yang sepadan dengan tingkatan wujud-Nya atau wujud yang memenuhi keberadaan-Nya."
Â
Wujud ini tidak didahului oleh sebab apa pun, wujud ini juga sama sekali bukan materi dan tidak terdiri dari materi, ia juga tidak mempunyai bentuk karena bentuk hanya dimiliki oleh sesuatu yang bermateri. Â Wujud ini terlepas dari segala materi sebagaimana penjelasan al-Farabi.
Â
"Ia adalah wujud yang tidak mungkin mempunyai sebab, yang dengan sebab itu atau sebab itu atau karena sebab itu wujudnya ada. Ia bukan materi, dan keberlangsungannya sama sekali tidak terdiri dari materi dan objek. Bahkan wujudnya terbebas dari segala materi dan segala objek. Ia juga tidak mempunyai bentuk karena tidak mungkin ada kecuali dalam materi. Kalau ia mempunyai bentuk. Pastilah zatnya terdiri dari materi dan bentuk. Kalau demikian halnya, pastilah ia ada dengan dua bagian. Yang dari keduanya ia tersusun, dan pastilah ada sebab untuk wujudnya. Masing-masing bagiannya adalah sebab bagi wujud keseluruhannya, padahal kita menyebutnya sebagai Sebab pertama."
Â
Al-Farabi menjelaskan bagaimana akal yang pertama sampai kepada akal kesebelas.
Â
"Dari yang Pertama memancarkan wujud kedua, wujud kedua juga subtansinya tidak berjasad sama sekali, dan ia tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan zat yang Pertama dan tiadalah apa yang memikirkan zatnya sendiri adalah sesuatu yang bukan zatnya. Karena ia memikirkan yang pertama, muncullah darinya wujud ketiga, dan karena ia bersubtansi dengan zat yang khusus padanya, muncullah darinya wujud langit pertama. Wujud ketiga juga tidak dalam materi. Ia adalah akal dengan subtansinya. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama. Karena ia subantsinya  dengan zatnya  yang khusus padanya, muncullah darinya wujud lingkaran binatang-binatang tetap, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud keempat. Wujud ini juga tidak dalam materi, ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama. Karena ia bersubtansi dengan zatnya yang khusus padanya, muncullah  darinya lingkaran Saturnus, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud kelima. Wujud kelima ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama. Karena subtansi dengan zatnya muncullah lingkaran Jupiter, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah wujud keenam. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama. Karena ia bersubtansi dengan zatnya muncullah lingkaran Mars, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud ketujuh. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama. Karena subntansi dan zatnya muncullah lingkaran Matahari, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud yang kedelapan. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama, karena dia bersubtansi pada zatnya maka muncullah darinya lingkaran Venus, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya yang kesembilan. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama, karena dia bersubtansi pada zatnya maka muncullah darinya lingkaran Merkuri, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud yang kesepuluh. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama, karena dia bersubtansi pada zatnya maka muncullah darinya lingkaran Bulan, dan karena ia memikirkan yang Pertama, muncullah darinya wujud yang kesebelas. Wujud ini juga tidak dalam materi. Ia memikirkan zatnya sendiri dan memikirkan yang Pertama, namun padanya berhenti wujud yang untuk mewujudkan dirinya tidak membutuhkan materi dan objek sama sekali. Ia adalah sesuatu yang terpisah dari materi yang subtansinya adalah akal dan objek akal, dan pada lingkaran Bulan berhenti wujud jism-jism langit, yang watak alaminya adalah bergerak melingkar.
Â
Teori emanasi al-Farabi menjelaskan bagaimana proses kemunculan wujud yang banyak dari Wujud Pertama dan dari wujud yang Pertama ini melahirkan wujud-wujud yang lain. Atau bisa dijelaskan seperti ini wujud yang Pertama memikirkan zat-Nya sendiri, dan pemikirannya memunculkan wujud kedua (akal pertama). Wujud kedua (akal pertama) hingga wujud kesebelas (akal kesepuluh), masing-masing wujud ini memikirkan Wujud pertama dan juga memikirkan dirinya sendiri. Kemudian wujud-wujud ini memunculkan benda-benda langit.