Â
- Filsafat Ketuhanan
Â
Filsafat bagi al-Kindi adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth). Persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama menerangkan kebenaran dan kebaikan, begitu juga tujuan filsafat. Agama, selain menggunakan wahyu, juga mempergunakan akal. Bagi al-Kindi yang benar pertama adalah Tuhan dan agama juga membahas tentang Tuhan. Kemudian al-Kindi juga menyatakan bahwa filsafat tertinggi adalah filsafat tentang Tuhan yang Maha Benar.
Â
"Filsafat yang mulia dan tertinggi derejatnya adalah filsafat utama, yaitu tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar."
Â
Al-Kindi mengatakan bawah filsuf yang sempurna dan paling mulia haruslah mengetahui pengetahuan tentang sebab karena pengetahuan tentang sebab lebih mulia dari pada pengetahuan tentang akibat, karena pengetahuan  akan lengkap apabila kita telah mengetahui tentang sebab-sebabnya, kemudian setiap sebab bisa berupa materi, bentuk atau pelaku, yaitu sesuatu yang asal muasal gerak. Tuhan dalam filsafat al-Kindi tidak memiliki hakikat dalam pengertian aniyah atau mahiyah. Tidak aniyah karena Tuhan tidak masuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Tuhan adalah pencipta alam. Tuhan tidak tersusun dari materi dan bentuk. Tuhan tidak tidak memiliki hakikat dalam bentuk mahiyah, karena Tuhan tidak merupakan genus dan species. Tuhan yang didefenisikan oleh al-Kindi tidak memiliki ketergantungan dari luar diri-Nya, yang abadi tidak memiliki sebab dan tidak memiliki subjek maupun predikat.
Â
- Filsafat Jiwa
Â
Al-Kindi mengatakan bahwa jiwa tidak memiliki bentuk tetapi memiliki subtansi dan berhubungan dengan dunia materi yang ada pada dalam diri manusia, al-Kindi menjelaskan bahwa jiwa manusia apabila mengarah kepada amarah dan kenginan yang negatif maka akan mengarahkan manusia tersebut kepada keseseatan pada jiwa tersebut. Jiwa (soul) bersifat kekal dan tidak akan hancur, karena subtansi jiwa itu berasa dari Tuhan, jiwa adalah cahaya yang dipancarkan dari Tuhan, karena jiwa berasal dari Tuhan tentu saat terpisah dari jasad maka jiwa itu akan kembali kepada Tuhan, namun hanya jiwa yang bersih yang bisa langsung sampai kepada puncak Kebenaran yaitu bertemu dengan Tuhan, namun jika jiwa tersebut belum bersih maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu.
Â
- Al-FarabiÂ