Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perempuan Muyu dalam Pengasingan

13 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:14 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Bévak Sangat Sederhana untuk Pengasingan Petroneladi Kampung Wanggatkibi; Sumber: Dokumentasi Peneliti

“Perempuan Muyu itu biasa melahirkan sendirian tanpa teriak-teriak. Makanya saya heran dengan perempuan jaman sekarang yang melahirkan di rumah sakit pakai teriak-teriak segala. Di sini kalau melahirkan itu senyap...”. 

Keterangan Phillips Leonard Bonggo ini di’amin’i oleh Thadeus Kambayong (54 tahun; Kepala Puskesmas Mindiptana), dan rekannya seangkatan waktu mengenyam pendidikan SLTP, Victor Tenjab (52 tahun), “iya pak... kalau dia teriak-teriak akan dimarahi oleh suaminya...”. 

Senada dengan Phillips Leonard Bonggo, salah satu tokoh masyarakat Etnik Muyu lainnya, Yohanes Konambe (67 tahun), menyatakan bahwa persalinan, sama dengan halnya menstruasi, yang dalam prosesnya melibatkan darah kotor yang harus dikeluarkan. Darah inilah yang diyakini mempunyai supernatural jahat yang bisa membuat laki-laki Muyu melemah. Kesaktian yang dimiliki laki-laki Muyu (waruk), bisa menjadi berkurang daya supernaturalnya. Mantra-mantra yang dirapal saat menggunakan ilmu kesaktiannya bisa tidak mempan atau tidak berjalan. “Untuk itulah maka perempuan Muyu yang mau melahirkan dibuatkan pondok khusus agar melahirkan di luar rumah. Tidak mempengaruhi seisi rumah...,” jelas lelaki pensiunan Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke ini.

Pernyataan tentang “kotor”nya darah wanita yang sedang bersalin dan menstruasi ini juga dikuatkan oleh tokoh masyarakat Muyu lainnya, Paulinus Wikom (72 tahun). Lelaki Muyu sangat senior yang masih terlihat segar bugar ini menyatakan bahwa memang darah menstruasi dan persalinan diyakini mempunyai pengaruh pada orang-orang di rumah, terutama pada orang-orang tua;

“...itu dulu pak... memang ada pengaruhnya pak, terutama pada orang-orang tua. Karena itu memang disediakan tempat tersendiri. Perempuan yang sedang bersalin disendirikan di suatu tempat... tapi sudah lama saya tidak melihat ada yang melahirkan di bévak. Mungkin sudah mulai sekitar tahun 50-an saya tidak melihat lagi...”.

Pernyataan lelaki Muyu yang menjabat sebagai Kepala Kampung Mindiptana, tetapi tinggal di Kampung Kamka ini terlihat selaras dengan informasi yang didapatkan peneliti di lapangan. Tetapi di Kampung Kamka, tempat Paulinus Wikom tinggal, peneliti mendapati bahwa masih sangat kental pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa amóp bagi seorang perempuan Muyu untuk melahirkan di dalam rumah. Baru saja seorang perempuan Muyu melahirkan di rumput-rumput pekarangan luar rumah. Perempuan Muyu itu melahirkan belum ada satu bulan berselang, rumahnya pun terletak tak jauh di atas rumah Paulinus Wikom. 


Pernyataan sedikit berbeda tentang yang terkena dampak dari ìptèm perempuan bersalin ini dilontarkan oleh Pius Birak (69 tahun). Kepala Kampung Awayangka ini menyatakan;

“...sebenarnya yang terkena dampak dari ìptèm perempuan yang sedang bersalin itu bukan hanya laki-laki pak. Tetapi bisa mengena pada seluruh anggota rumah atau siapapun yang mempunyai darah panas. Kalau mereka tidak berdarah panas... ya tidak apa-apa... tidak terkena dampaknya...”.

Informasi tentang darah panas dan darah dingin ini terasa agak kurang jelas dan simpang siur. Saat peneliti mencoba mencari tahu bagaimana cara membedakannya? Rata-rata jawaban informan menyatakan bahwa bila berada di dekat orang yang sedang bersalin, dan atau mengalami menstruasi, dan ternyata mereka sakit, maka itu disebut sebagai berdarah panas. Jadi harus dicoba dulu, sakit atau tidak? baru ketahuan apakah seseorang berdarah panas atau dingin.       

Peneliti mencatat, informan-informan yang memberikan informasi terkait ìptèm perempuan Muyu yang sedang bersalin ini adalah pemuka-pemuka masyarakat Etnik Muyu yang mempunyai pendidikan relatif memadai. Mereka merupakan orang-orang Muyu yang telah mengenal pandangan-pandangan moderen tentang kesehatan dan masalah-masalah persalinan perempuan.

Pandangan Masyarakat; Orang Jaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun