Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perempuan Muyu dalam Pengasingan

13 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:14 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Bévak Sangat Sederhana untuk Pengasingan Petroneladi Kampung Wanggatkibi; Sumber: Dokumentasi Peneliti

Menurut perhitungan Bidan Natalia Tuwok dari Puskesmas Mindiptana saat datang memeriksa pagi tadi, seharusnya Petronela baru akan melahirkan sekitar jam dua siang. Sekarang masih kurang satu setengah jam lagi dari perhitungan, tapi rasa-rasanya waktunya sudah dekat.

Dengan memasang tanda salib di tubuhnya, Petronela dilepas suaminya dengan pandangan yang lekat menatap tak berkedip, Petronela berjalan seorang diri, menuruni jalan setapak tanah yang terjal itu, menuju rumah pengasingannya, bévak. Tak lagi sempat memikirkan kesendirian yang hendak dijalaninya, yang ada hanya keinginan untuk segera sampai di bévak. Rasa di perutnya sudah tak tertahankan lagi. Rasanya ingin segera sampai!

Sebentar terpeleset, sebentar berdiri tegak, dan sebentar kemudian tertatih maju, selangkah demi selangkah. Petronela harus menguatkan tekad. Dia harus segera sampai di bévak itu. Ketika baru saja menginjakkan kakinya naik ke panggung bévak, Petronela merasakan anaknya akan segera keluar. Rasanya sudah di ujung. Kepala bayinya telah menyeruak keluar. Tak lagi sempat berbaring, dalam posisi berdiri Petronela memegang kepala bayinya yang menyembul di jalan lahir. Rasanya susah sekali memegang kepala bayinya dengan tangan melewati belakang pahanya. Rasa sakit tak tertahankan tak lagi dihiraukannya, ”Anakku harus terlahir selamat!”

Demi melihat Petronela yang berjuang sendirian, Eduardus berlari, secepat kilat bergegas menghampiri Petronela. Persetan dengan tradisi! Persetan dengan amòp (pamali atau pantangan) yang dalam keyakinan Muyu bisa membuatnya sakit, yang Eduardus tahu istrinya sedang membutuhkannya, istrinya sedang meregang nyawa melahirkan anaknya, darah dagingnya!

Tak membutuhkan waktu lama, jabang bayi merah salah satu penerus generasi Muyu terlahir dengan selamat. Petronela berbaring dengan nafas yang masih terengah. Eduardus mengambil alih bayi merah yang baru saja keluar dari rahim Petronela. Nafas lega mengiringi keduanya, saat-saat genting telah lewat. Jabang bayi yang masih merah itu diletakkan di lantai papan dengan dialasi kain. 

Tali pusat telah dipotong Eduardus dengan gunting yang ditemukannya tergeletak begitu saja di rumah, dan lalu mereka terdiam. Saling menatap dalam sepi. Mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Tak tahu lagi apa yang seharusnya dilakukan.


Untung saja Bidan Natalia Tuwok segera datang. Rupanya ada yang memberitahu Bidan Natalia bahwa bayi Petronela telah lahir. Meski terlambat, Eduardus dan Petronela tetap saja senang dan bersyukur dengan kehadiran bidan asli Muyu itu. Setidaknya Bidan Natalia Tuwok tahu apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan. 

Natalia Tuwok, bidan yang sehari-harinya bertugas di Puskesmas Mindiptana bergegas datang. Tak lebih dari setengah jam, jarak kurang lebih 15 kilometer dilahapnya dengan motor Honda Win ber-plat merah miliknya. Seandainya saja jalanan sepanjang itu masih banyak lubang menganga yang dipenuhi lumpur seperti tahun lalu, tentu saja Bidan Natalia Tuwok perlu waktu lebih lama untuk mencapai rumah Petronela di Wanggatkibi. Bidan putri mantan Camat Woropko ini tinggal di Kampung Mindiptana, di rumah dinas yang bersebelahan dengan Puskesmas Mindiptana.

Tugas selanjutnya untuk bersih-bersih, perawatan bayi serta ibunya, diambil alih oleh Natalia Tuwok. Bidan yang masih saja betah membujang ini merawat bayi Petronela dengan cekatan. Tali pusat yang dipotong Eduardus dipotong kembali dengan rapi. Eduardus hanya membantu menyiapkan air panas saja. Usapan lembut kain yang dicelup dengan air hangat untuk membersihkan bayi Petronela seakan memancarkan kasih sayang dari hati Bidan Natalia Tuwok yang tulus. Petronela merasakan ketulusan itu, mereka terlibat obrolan hangat berjam-jam setelahnya. 

Hari itu berhasil dilalui dengan kelegaan. Bayi dan ibunya akhirnya selamat. Kebahagiaan yang dirasakan Petronela seakan menghapus sementara kekhawatiran yang sempat dirasakan sebelumnya. Yaa… hanya sementara.

Menjalani Pengasingan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun