Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perempuan Muyu dalam Pengasingan

13 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:14 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Bévak Sangat Sederhana untuk Pengasingan Petroneladi Kampung Wanggatkibi; Sumber: Dokumentasi Peneliti

Kelegaan akan kelahiran bayi dan ibunya dengan selamat masih harus ditahan sebagai sebuah kebahagiaan yang penuh dan sempurna. Beberapa hari ke depan Petronela beserta bayinya harus tetap tinggal di pengasingan.

Malam pertama Petronela tinggal di bévak terasa sangat asing. Ruangannya terasa sempit, bahkan kakinya harus sedikit ditekuk saat berbaring, atau menjulur keluar ke arah pintu bila ingin diluruskan. Petronela merasa dingin sekali malam itu. Anyaman daun pohon sagu yang dibuat suaminya tak sanggup menahan hawa dingin yang menyergap saat malam mulai turun, apalagi pintu bévak terbuka begitu saja tanpa penutup. Yang diingat Petronela hanya bayinya saja. Dia tidak boleh kedinginan. Ditaruhnya tubuh mungil itu di atas badannya, didekatkannya mulut kecil itu di puting susunya, diselimuti dengan kain yang ditinggal suaminya siang tadi, bayi mungil itupun dengan lahap menyedot air susu yang keluar deras dari tetek mamanya. Bayi itu didekapnya penuh kasih sayang.

Malam ini terasa sangat gelap, halimun tipis mulai turun memenuhi tegalan belakang yang lebih mirip hutan. Lentera yang dipasang suaminya sinarnya tak mampu menembus kegelapan malam.  Mendung bergayut menutupi pantulan sinar rembulan. “Semoga malam ini tidak turun hujan…,” bisik Petronela dalam harap, sambil merapatkan selimut anaknya. Kekhawatiran Petronela bukannya tanpa alasan. Wilayah Pegunungan Tengah ini adalah salah satu wilayah dengan curah hujan tertinggi di Propinsi Papua. Hampir tiada hari yang terlewatkan tanpa turun buliran air dari langit.  

Lamunan Petronela Apai terhenti, saat dengkur halusnya mulai terdengar pelan dan teratur. Perjuangannya menyabung nyawa saat siang tadi cukup membuat tubuh kecilnya kelelahan. Untung saja perempuan Muyu itu kuat. Petronela tidak mau dikalahkan.

Pagi itu Petronela terbangun dengan suara anak gadisnya, Samorika Yukamoh yang datang menyusul ke bévak. “Ahh… kunjungan pagi yang menyenangkan…,” desis Petronela lirih. Bibirnya meengkung, senyumnya mengembang, gadis kecil itu mulai beranjak besar rupanya. Cerewetnya sungguh minta ampun. Tapi kehadirannya sungguh membuat hati Petronela bersinar. Sesekali tertawa tergelak dengan celoteh dan tingkahnya yang lucu. 

Pagi itu di bibir Petronela tersungging senyum yang manis sekali saat suaminya datang membawakan panci berisi air panas. Ritual pagi untuk memandikan bayinya terasa sangat menyenangkan bagi Petronela. Apalagi dua buah hatinya, Samorika Yukamoh dan Engelbertus Yohanes, turut bercengkerama, ikutan nimbrung di bévak. Mereka ikut-ikutan repot, atau malah merepotkan? Entahlah... meski bévak yang sempit makin terasa sempit, tapi tak sanggup mengurangi kegembiraan yang dirasakan Petronela saat ini.


Pagi ini suaminya membakar sagu kering untuk akét (semacam kue sagu kering) dan menjerang air untuk segelas teh manis. Suguhan sarapan pagi sederhana khas masyarakat Etnik Muyu. Rasanya nikmat sekali dirasakan oleh Petronela. Kebersamaanlah yang menjadi resep utama kelezatan olahan masakan suaminya. Apalagi tak berhenti sampai di situ saja, siangnya tangan terampil Eduardus memasakkan Petronela menu khusus untuk ibu-ibu menyusui, sayur katuk. Meski hanya dimakan bersama sepiring besar nasi putih tanpa lauk, tetap saja terasa sangat nikmat di lidah Petronela.  

Petronela sungguh bersyukur hari ini, tidak ada alasan apapun untuk tidak selalu mengucap rasa syukur pada Sang Penciptanya. Tuhan sungguh sangat baik padanya. Di saat Petronela harus menjalani pengasingan seperti ini, diberiNya seorang suami yang sangat pengertian. Alam pun seakan turut mendukungnya, hujan yang diturunkan pun hanya berupa gerimis kecil saja, itupun hanya pada siang hari. Seandainya buliran-buliran air itu diturunkan pada malam hari, tak terbayangkan di benak Petronela siksaan dingin yang harus dihadapinya bersama Herman Kewok, demikian bayi mungilnya itu diberi nama oleh suaminya.

Hari menjelang sore, Somarika Yukamoh tetap bertahan di bévak. Dia memaksa ingin menemani mamanya malam ini. Petronela sungguh merasa tak tega, tapi sekaligus juga merasa bahagia... sangat bahagia! Anak gadisnya sungguh-sungguh dirasakan sangat menyayanginya. 

Hari ini, malam ke-dua Petronela tinggal di bévak. Kegaduhan hari kemarin sudah mulai terredam. Ketenangan dan sepi mencekam yang ditunjukkan malam, membuatnya punya banyak waktu untuk berpikir dan merenung. Dalam kesepiannya di bévak, Petronela terbenam dalam lamunan panjang, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ”Dimanakah saudara-saudaraku? Kemanakah gerangan adik perempuanku? Kenapa mereka enggan menjengukku? Tidakkah mereka merasa perlu melihatku di pengasingan ini…?” 

Petronela heran, Yosefita, adik kandung perempuannya tidak juga datang menjenguknya, juga Theresia Kiripan, kakak ipar perempuannya, tak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Kalau saudara laki-laki dan ayahnya yang tidak datang menjenguk, Petronela memaklumi, sangat memaklumi. Adat masyarakat Muyu yang menggariskan amòp (pamali) bagi laki-laki mendekati perempuan yang sedang bersalin. Tapi Yosefita? Kak Theresia? Bukannya mereka perempuan? Pertanyaan itu seperti berdengung mengisi kepalanya, menggantung tanpa jawaban...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun