Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perempuan Muyu dalam Pengasingan

13 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:14 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Bévak Sangat Sederhana untuk Pengasingan Petroneladi Kampung Wanggatkibi; Sumber: Dokumentasi Peneliti

Hari masih pagi, masih jam 08.30 WIT. Puskesmas baru saja buka saat seorang perempuan Muyu berjalan menuju gerbang Puskesmas. Perempuan yang terlihat masih sangat muda itu menggendong bayinya sambil memegang payung. Hari ini Sabtu, tanggal 21 Juni 2014, Puskesmas ada jadwal pelayanan untuk kesehatan bayi.

Baru saja sampai pintu masuk Puskesmas, perempuan muda Muyu itu menoleh, mendengar teriakan yang memanggil-manggil namanya. “Hei ke sini kau... bayar dulu dendanya! Berhenti dulu!” teriak seorang laki-laki Muyu dengan sangat lantang.

“Ah... urusan apa itu... saya tra peduli...!” perempuan itu berteriak membalas sambil berlari terbirit-birit masuk ke dalam Puskesmas. 

Seperti tidak terima, laki-laki berambut gimbal itu masuk menyusul ke dalam Puskesmas sambil berteriak-teriak kasar, “Ke sini kau... berhenti dulu! Enak saja bersalin di rumah orang. Buang sial... gak mau bayar denda! Bayar dulu!”

Sambil menggendong bayinya, perempuan Muyu itu dengan sangat ketakutan bersembunyi di ruang kepala Puskesmas. Sayangnya Thadeus Kambayong (54 tahun), Kepala Puskesmas Mindiptana, yang diharapkannya bisa memberinya perlindungan sedang tidak berada di tempat. Dia sedang mengambil raport anaknya. 

Lelaki itu terus berusaha mencari-cari si perempuan Muyu sambil tetap berteriak-teriak. Terdengar beberapa kali suara-suara keras semacam pukulan. “Kau itu sudah bikin sial rumah orang, harus bayar denda! Ayo keluaaar!” akhirnya lelaki Muyu itu menemukan tempat persembunyian si perempuan.


Dengan sesenggukan perempuan itu menjawab,”Kami akan bayar... kami sedang kumpul-kumpul uang...”. Tangis ketakutan perempuan Muyu itu terdengar semakin keras, karena bayinya yang baru merumur enam bulan juga ikut menjerit ketakutan.

“Tidak bisa! Bayar sekarang!” tukas lelaki berbadan gempal itu. Laki-laki itu bersikap seperti mau memukul si perempuan Muyu. Meski akhirnya pukulannya diarahkan ke tembok Puskesmas.

Suster Rosa Mianip (52 tahun) yang melihat kejadian itu turut berbicara, ”Hei Lukas! Jangan bikin ribut di sini! Pergi sana! Nanti kau bikin rusak Puskesmas lagi! Keluar!”

Lelaki itu melengos, sambil tetap berteriak-teriak memaki si perempuan Muyu yang berurai air mata. Sampai akhirnya perempuan itu bisa melepaskan diri, lari terbirit-birit keluar Puskesmas sambil menjerit-jerit. Sementara lelaki itu tetap saja berteriak-teriak menagih denda.

“Akan kulaporkan kau...!” ancam si perempuan Muyu sambil berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun