Versi Bahasa Indonesia
Disclaimer:
Cerita ini adalah karya fiksi penggemar (fanfiction) yang terinspirasi dari karakter dan konsep dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), milik Marvel Studios dan Disney. Kisah ini berlatar waktu setelah peristiwa di film Doctor Strange: Multiverse of Madness dan Deadpool & Wolverine, serta serial TV WandaVision, She-Hulk: Attorney At Law, dan Daredevil: Born Again.
Saya tidak memiliki hak atas karakter seperti Jennifer Walters (She-Hulk), Wong, America Chavez, Nikki Ramos, Mallory Brooke, Matt Murdock/Daredevil, K.E.V.I.N., Deadpool maupun elemen TVA dan multijagat. Karya ini dibuat murni untuk hiburan pribadi dan komunitas, tanpa tujuan komersial. Semua karakter orisinal (seperti Agent Praxis, Judge Vignya, saya sang penulis, dan Gurges Gigas) merupakan ciptaan saya sendiri. Untuk kolaborasi, silakan hubungi: [adityanperdana@gmail.com]
Di suatu pagi yang cerah, suara anak-anak bermain di pantai terdengar renyah. Seorang anak perempuan berambut pirang dikuncir kepang dua dengan senyuman manisnya yang lebar berlari-lari kecil, ditemani oleh kedua orang tuanya.
Perasaan gembira keluarga kecil tersebut tertangkap dengan sangat jelas seolah berada dalam gerakan lambat. Ironisnya, seringkali waktu bersenang-senang seolah terasa lebih cepat berlalu daripada kecepatan sensor otak manusia untuk menyadarinya.
Dan itu benar bagi Agent Praxis dan keluarga kecilnya…
Sang anak perempuan berhenti bermain dan duduk di pangkuan sang ayah, lalu bertanya dengan polos seakan mau menguji, “Ayah, Ayah! Tahu ga aku mau jadi apa kalau udah besar?”. Agent Praxis, sang Ayah, tersenyum kecil dan bertanya balik, “Hmm, apa ya? Coba kasih tahu Ayah deh”.
Memasang ekspresi polos tapi serius, sang anak perempuan menjawab, “Aku..mau..jadi..kayak Ayah. A hero!!!”. Agent Praxis tidak bisa berkata apa-apa, terharu. Tetiba, sang istri, rambut sebahu berwarna coklat, memeluknya dari belakang, “Pasti bisa! 'Kan anaknya Ayah”, lalu mencium pipi Agent Praxis.
Mereka melanjutkan obrolan seru dengan suara yang samar-samar, tertutupi oleh keramaian di pantai. Tapi, ekspresi mereka mengatakan semuanya. Liburan paling terbaik yang pernah dijalani Agent Praxis.
Tak lama, suara teriakan anak laki-laki menyambar bak kilat dari kejauhan. Perhatian Agent Praxis segera tertuju ke arah ombak pantai yang sedang mengamuk. Terlihat lambaian tangan sang anak lelaki yang mencoba meraih angin agar tak tenggelam.