Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 7: Pengorbanan Cinta)

1 Maret 2020   12:44 Diperbarui: 1 Maret 2020   12:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Sebentar saja kok.  Satu jam lagi.  Lumayan. Sampai nanti ya Mbak !"

            Romy mengakhiri pembicaraan di telpon. Khalisa tersenyum sendiri membayangkan kebersamaannya nanti. Tak peduli bagaimana teman-teman sekosnya nanti akan mengomentari Romy. Sosok ini belum pernah diketahui oleh mereka karena belum sedikit pun dia menceritakannya. Mereka hanya mengenal Revi sebagai berondong manis yang entah menempati posisi apa di hati Khalisa. Lantas nanti akan muncul Romy yang juga entah akan ditempatkan di sudut hati yang mana?  Meski tak satu pun yang pasti Khalisa  merasa  tercukupi oleh rasa cinta. Revi dan Romy mungkin telah memahat sebentuk cinta yang lain untuknya.

            Matanya kini tertuju pada layar monitor laptop yang telah berganti dengan screen saver bergambar bunga tulip beraneka rupa.. Setelah diklik untuk melihat proposal tesisnya dia lantas tenggelam dalam pikiran dan kepiawaian menyusun kata demi kata membentuk kalimat-kalimat efektif yang diharapkan sang dosen pembimbing. Jari-jarinya menari-nari lincah di atas keyboard laptopnya. Sejurus lamanya hanya suara tuts-tuts keyboard laptop yan g mengisi keheningan fajar di kamarnya. Begitu senyap memaksa jiwa penat dalam sekejap. Kelopak mata menjadi berat lagi seprti tersedot ke dunia asing yang hampa. Dengan sepenuh kesadarannya Khalisa mencari-cari musik dengan beat yang cepat dan kuat. Musik seperti itu akan membuatnya terjaga dan otaknya bekerja lebih cepat dari biasanya. Namun dia berusaha menjaga volume agar tetap dalam batas yang wajar sehingga tidak membangunkan Trinita dan teman-teman lainnya.

            Lipatan-lipatan  pada proposal tesisnya  dibuka lalu dihamparkan rata setiap kali dia selesai merevisi pada soft copy di dalam laptopnya. Pelan-pelan jumlah lipatan kertas itu pun mulai berkuranga. Berharap sebelum jam delapan semua lipatan sudah diratakan seperti lembaran-lembaran lain yang tidak harus direvisi. Dia terus mengetik, berpikir dan mengolah kata yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai harapan para dosen pembimbing.

            Adzan Subuh berkumandang memenuhi angkasa raya dan terbawa hingga ke kamarnya. Pada saat iru, dia menyadari hanya tersisa sepuluh lembar lipatan lagi yang harus diperbaiki. Karena tak ingin menunda waktu untuk mengerjakan sholat, dia menghentikan jari-jarinya agar tak lagi bekerja. Beranjak dari kursinya menuju kamar mandi di luar untuk membasuh tubuhnya dengan air wudhu. Dingin yang meruap ke seluruh tubuhnya tak dipedulikannya. Segar rasanya mendapatkan siraman air di tubuhnya yang telah terbebas dari letih selepas tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun