Tawa Romy pecah seketika. Ketika dia sudah berhasil menguasai diri, yang ke luar dari mulutnya sungguh mengejutkan Khalisa. "Mbak nggak kayak tante-tante kok. Orang yang lihat kita pasti mengira kita nggak beda jauh umurnya."
      "Masak sih? Matanya  siwer kali," Khalisa masih tak percaya.
      "Eh, nggak percaya Mbak Lisa. Kalau lihat Mbak pakai t-shirt dan jeans begini mana ada yang menyangka kalau sudah hampir empat puluh."
      "Ah, kamu pinter menyenangkan orang tua," sahutnya datar.
      "Bener kok Mbak. Ya sudah kalau nggak percaya."
      Tepat jam setengah sepuluh Romy pamit pulang. Sejak tadi Bu Via maupun Ibu kos tidak kelihatan. Teman-teman juga nampaknya masih betah cuci mata atau barangkali sedang dalam perjalanan pulang. Khalisa bersyukur, tak seorang pun melihat Romy. Namun dia merasa khawatir ketika mengantarkan Romy sampai di depan pagar. Jangan-jangan Bu Via mengawasi dari atas atau Ibu kos mengintip dari ruang tamu.
      Lega rasanya karena kekhawatiran itu terhapus oleh keheningan suasana sekitarnya. Bahkan punggung Romy telah hilang dari pandangan. Sewaktu dia berbalik bermaksud kembali naik ke lantai atas, suara Ibu kos menghentikannya.
      "Tamunya tadi siapa Neng?"
      "Teman dari Yogya, Bu."
      "Teman apa ?"
      "Ah, Ibu mau tahu aja sih," balasnya dengan muka memerah.