Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 7: Pengorbanan Cinta)

1 Maret 2020   12:44 Diperbarui: 1 Maret 2020   12:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Potongan kejadian di hutan cemara itu berlanjut ke bagian lain yang sungguh berbeda. Pak Anwar menunggunya di atas mobil Panther hitam dengan senyum yang baginya adalah seringai serigala lapar. Memaksanya ikut naik ke dalam mobil. Terpaksa menurut dibawa ke mana saja. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah villa di Puncak. Lokasi villa itu sangat jauh tersembunyi dari keramaian. Desain bangunannya yang sudah kuno dengan gaya arsitektur zaman Belanda  membuat bangunan itu nampak menyeramkan bagi Khalisa. Ketika sedang merasakan debar-debar di dadanya, dia juga melihat Dion dan Pak Akbar di teras villa itu. Mau apa mereka ? Senyum Dion terlihat seperti cibiran. Senyum Pak Akbar kelihatan lebih tulus namun tetap memuakkan di depan mata Khalisa. Kemudian Pak Anwar menghampirinya. Melingkarkan lengannya ke bahu Khalisa seolah tak peduli pada tatapan tajam mata  ke dua lelaki di depannya.

        "Aku sudah booking kamar untuk kita berdua," bisik Pak Anwar begitu dekat di telinganya.

        "Tidak," sahutnya setengah berteriak.

          Kemudian terasa ada tangan yang menggoyang-goyangkan tubuhnya diikuti suara yang sudah sangat dikenalnya. Suara Trinita yang keras dan tegas. "  Bangun Mbak...bangun !"

          Khalisa membuka mata mendapati Trinita berbaring di sampingnya. Sekejap dia pun berhasil mengumpulkan seluruh ingatannya lalu menguasai keadaan di sekitarnya. Menyadari mimpi yang membuatnya berteriak membangunkan Trinita yang tidur lelap.

        "Mimpi apa Mbak kok seram begitu kayaknya," tegur Trinita.

        "Ah, nggak apa-apa," tukasnya tak ingin membagi kisahnya. "Jam berapa sekarang."

        " Jam empat, Mbak. Sebentar lagi Subuh."

            Sepasang mata  itu terbuka makin lebar. Kantuk menguap  dengan sendirinya. Bulu-bulu halus di kulit tangannya meremang beberapa detik.  Agar mampu melawan dingin yang lagi-lagi menyusup lewat celah-celah jendela dan pintu kamar, Khalisa menarik jaketnya yang tergantung di belakang pintu. Memakainya dengan tergesa lalu menarik ritsluiting hingga ke pangkal leher.  Pertama kali yang kemudian dilakukan adalah memeriksa apakah ada SMS di HP-nya.  Ada dua SMS di sana yang segera membuatnya ingin tahu dari siapa dan apa isinya. Pertama dari Pak Akbar dan yang ke dua dari Romy.

            Selamat malam. Semoga malam ini kamu bisa tidur nyenyak dan mimpi indah. Salam. Akbar

            Mbak, besok aku mau ke Puncak. Kalau mau ikut aku jemput sebelum jam delapan. Kabari ya Mbak. Aku pengin bisa jalan-jalan bareng Mbak Lisa.  Romy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun