"Mungkin akang tidak percaya dengan cerita saya...he...he..., tapi kang...ini sungguh benar...sudah ada buktinya...pernah ada beberapa perampok yang mau datang kesini untuk merampok...namun belum juga berhasil merampok, mereka sudah mati duluan bahkan dengan kondisi yang mengenaskan...kematian yang misterius...beberapa mayatnya ditemukan warga bergeletakan di pinggir hutan di bawah bukit itu, dalam keadaan gosong seperti terbakar...". Â
Jaka Someh semakin tertarik dengan cerita Pak Supar, dia pun bertanya kepada pak Supar
"apakah sudah ada warga yang pernah bertemu dengan karuhun itu, pak?"Â
Pak Supar tertawa ringan kemudian menjawab pertanyaan Jaka Someh
"Sebenarnya belum pernah ada warga yang bertemu dengan karuhun itu, kang...lagi pula bukit itu  terlihat sangat angker...jadinya tidak ada warga yang berani mendekati bukit itu apalagi memasukinya...namun kami percaya saja bahwa itu  adalah perbuatan eyang karuhun yang menempati bukit itu...sebab yang bercerita  adalah para sesepuh kampung"Â
Cerita pak Supar menambah rasa penasaran jaka Someh, dia pun bertanya lagi kepada pak Supar
"pak, bagaimana ceritanya, koq bisa ada karuhun bisa menempati bukit itu...?"Â
Pak Supar tertawa, lalu dia berkata pada Jaka Someh
"Ha...ha... si akang penasaran ya...jadi kepingin tahu....Begini kang...konon...ini kata sesepuh kampung di sini lho, kang...dahulu kala ada pendekar sakti yang datang ke kampung ini...dia baru saja bertarung dengan kakak seperguruannya, dan dia mengalami kekalahan, kakak seperguruannya ternyata  lebih sakti daripada dia, sehingga pendekar itu pun terluka parah akibat pertarungan tersebut, bahkan hampir meninggal.Â
Namun dia masih  beruntung, dia  berhasil diselamatkan oleh Ki Sapri, tabib yang ada di kampung ini. Setelah sembuh, pendekar itu pun  bertempat di bukit itu untuk bertapa dan kembali melatih ilmunya, mungkin supaya dapat mengalahkan kakak seperguruannya itu, kang...nah sebagai ucapan terima kasih kepada Ki sapri...dia pun berjanji akan menjaga kampung ini dari segala ancaman musuh yang akan mengganggu kampung ini...begitulah kang ceritanya...Ki sapri sendiri sudah lama meninggal.Â
Sekarang yang mewarisi ilmu pengobatannya adalah Ki Thiban... kang, beliau  adalah cucu dari ki sapri... biasanya beliau tinggal di lereng bukit itu, oh iya di sana ada pesantren juga kang, tempat Ki Thiban mengajari para santrinya.  Beliau selain seorang tabib, juga adalah seorang ulama yang pernah belajar di Mekah dan Madinah......".