Di sebelah utara kampung ada sebuah warung yang cukup ramai dikunjungi oleh para warga yang senang dengan cangkruan. Jaka Someh menyempatkan mampir ke warung tersebut. Dia pun memesan makanan dan minuman dari warung tersebut untuk sarapan di pagi itu. Jarang sekali dia bisa makan di warung makan sebagaimana saat itu.
Sambil menyantap hidangan, Jaka Someh menyempatkan diri untuk mengobrol dengan pemilik warung tersebut. Pemilik warung tersebut bernama pak Supar.Â
Orangnya ramah dan supel. Jaka Someh banyak bertanya tentang keadaan di kampung itu kepada Pak Supar. Untuk mengobati rasa heran dan kagumnya pada suasana baik yang ada di kampung tersebut. Pak Supar yang ramah, melayani obrolan Jaka Someh dengan asyiknya. Dia pun menceritakan perihal kampungnya yang aman dan penuh ketentraman.Â
Dalam ceritanya, dia merasa bangga terhadap kepala kampungnya yang dianggap sebagai pemimpin yang baik dan adil. Pemimpin yang selalu memperhatikan kesejahteraan warganya. Umumnya pekerjaan warga di kampung itu adalah bertani, namun sebagian ada juga yang berprofesi sebagai pedagang dan pengrajin gerabah.Â
Pak Supar juga bangga bahwa hasil gerabah dari kampungnya tersebut telah terkenal dan tersebar ke berbagai wilayah di daerah sumedang larang. Jaka Someh lalu bertanya lagi kepada pak Supar
"Pak, kampung bapak ini kan makmur, apakah para warga tidak takut kalau nanti ada gerombolan perampok yang menjarah kampung ini?"Â
Pak Supar tertawa mendengar pertanyaan dari Jaka Someh, dia menjawab
"Tentu tidak  kang...kampung ini  ada penjaganya...konon kata para sesepuh kampung, kampung ini di jaga oleh seorang karuhun kampung yang berdiam di bukit karuhun yang ada disana itu..."Â
Pak Supar menunjuk dengan jari telunjuk kanannya ke sebuah bukit yang nampak menjulang di sebelah selatan kampung. Percaya tidak percaya, jaka Someh menoleh ke arah bukit yang di tunjuk oleh pak Supar, dia cuma berkata
"Oohh, begitu ya Pak..."Â
Pak Supar kemudian melanjutkan lagi ceritanya