Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drupadi Show

27 Juni 2017   00:26 Diperbarui: 27 Juni 2017   00:45 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sebagai adik, aku akan mengikuti kehendakmu,” kata Arjuna.

“Kami bela bila kau sakit, Kanda,” kata Nakula dan Sadewa yang kembar berbarengan.

“Sekali lagi pasti kau menang, Sang Prabu! Kau adalah ksatria pemenang. Sang Prabu, sekali lagi,” Sangkuni membakar. 

“Aku sudah tidak punya apa-apa.”

“Bila kau pertaruhkan dirimu, kau akan menang kali ini bukan?” tanya sangkuni menghendaki jawaban, “Ya.”

Suara musik yang mengiringi kembali mengeras, mengencang. Di layar terbentuk bayangan-bayangan orang-orang, sedikit demi sedikit makin banyak, membuat tarian bebas mengikuti gemulai tubuh, kadang dua tangan di atas bergetar dinamis, berpindah-pindah tempat pula seperti berlarian.


“Baiklah, diri kami sebagai taruhan. Jika kami menang, kembalikan harta-harta kami.” Jawab Yudistira.

Kesedihan menghentak di wajah para Pandawa, tawa di wajah Kurawa.

“Jangan sedih sang prabu. Bukankah kami adalah saudaramu? Apa yang akan kami buat pada saudara sendiri?” Sangkuni belum puas.

Dursasana, raksasa tinggi besar adik dari raja Duryudana, maju mendekati Sangkuni.

Para Pandawa, kecuali Yudistira, berdiri seketika melihat ulah Dursasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun