Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drupadi Show

27 Juni 2017   00:26 Diperbarui: 27 Juni 2017   00:45 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Di negeri kaya raya, tanah subur seharusnya rakyat makmur. Namun entah, beribu-ribu entah. Rakyat tak juga mengerti bagaimana bisa. Tak juga bisa bertanya.”

Dalang itu di tengah panggung, membawa satu wayang mungil. Dia menjelaskan wayang itu adalah Drupadi, wanita yang lahir oleh doa-doa seorang raja yang merindukan anak. Dia menjalani hidup di masa kehidupannya yang ke lima; yang tiap masa hidupnya selalu minta pada dewata berjodoh dengan ksatria utama, yang terkabul di masa ke limanya ini; Pandawa Lima, itulah suaminya. Pandawa lima, siapa tak tahu akan mereka, ksatria utama, pemenang segala perang; pengalah segala lawan.

Pada saat itu layar, tempat bayangan-bayangan tadi gelap. Lampu hanya menyinari wayang itu.

Kemudian di panggung tampak pemain-pemain, dengan pakaian mewah berkilat-kilatan. Mereka gagah-gagah. Sedang melakukan pertarungan judi dadu. Mereka adalah Pandawa Kurawa.

“Kekuasaan jadi rebutan,” kata dalang mengakhiri kata-katanya.

Kepalaku mengatakan ramai bersusulan, beginilah Sastri, selalu dan selalu. Dia memperkenalkan tokohnya secara berlebihan. Ia selalu fokus pada tokoh itu, tunggal, eksploitatif dengan bayangan hitam dan kenyataan penuh warna. Dan itu aku benci, karena kemudian tokoh itu hilang digantikan dengan karakter-karakter yang berkumpul banyak. Aku sudah diskusikan dengan Sastri, lebih baik dibalik, tetapi begitulah Sastri dan gengnya, selalu menganggap gengku selalu sebagai lawan, penyelundup, dan harus dihadapi hati-hati.


Selain Sastri, aku ingin melihat apa yang Rara bisa tampilkan. Aku pikir dia adalah salah satu dari sedikit gengku, tetapi salah tempat. Ia berbakat, tetapi di pihak Sastri. Ia mengambil tawaran dari Sastri: peran Drupadi. 

Mereka bergantian melempar dadu. Mereka bergantian tertawa, kadang Pandawa, kadang Kurawa. Tetapi tampaknya Kurawa lebih unggul. Sangkuni yang menjadi patih kerajaan, menjadi kendalinya.

“Prabu Yudistira, ayolah keluarkan jurus-jurus judimu sesungguhnya. Tak seperti biasanya, bukankah engkau selalu mengalahkan lawan-lawanmu?” kata Sangkuni memuji-muji lawannya.

“Bagaimana, adik-adikku, kita telah pertaruhkan semuanya. Kerajaan pun telah hilang. Tetapi kita ksatria, pantang menolak tantangan,” kata Yudistira Sang Raja pada adik-adiknya Pandawa. Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa diam saja.

“Keputusan ada di tanganmu, Kakak!” kata sang Bima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun