Jam berlalu.
Sampai akhirnya ada suara familiar.
"Herman, what's goin' on?"
Aku menoleh. Itu Karen. Rambutnya tertiup angin, wajahnya khawatir.
"Are you okay?"
Aku hanya menjawab pendek, tanpa suara bergetar---karena kesedihanku sudah terlalu dalam untuk dikeluhkan.
"No, I'm not okay. My mother just passed away."
Karen menatapku lama.
Lalu tanpa basa-basi, ia duduk di sampingku, memeluk bahuku sebentar, lalu berkata,
"I'm sorry to hear that. Let's go home. It's not good to stay here for long time."
Aku hanya mengangguk.
 Kami berjalan pelan ke arah asrama.
Langit mulai mendung.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa tak ada tempat yang cukup jauh untuk lari dari kehilangan.