Lembaran putih tergores tinta waktu Hingga putih sehitam malam tanpa rembulan
Tampak malam. Tenggorokan sempit oleh jerit. Setiap lorong menghadang, gelap tanpa sekedip terang. Lampu taman, lampu jalan, tenggelam dan padam.
Rembulan bersembunyi di balik awan putih Cahayanya meredup menjelma gading Malu menampakkan wajahnya Pada alam yang hendak menaja
Kucumbu aroma malam. Tiupannya membasuh dalam. Jantung berdetak tenang, seakan menemukan lelap.
Ini republik kecil, di segelas kopi, asap rokok, kacang rebus, petikan gitar yang sumbang; cerita-cerita tumpah
Pada sebuah kenangan kala mentari akan tenggelam Bergantian hadirnya dengan malam
Dawai gitar hujam nadir. Sekadar lagu di bawah rembulan.Memori lampau pulang tanpa permisi. Akal berhujat, budi terdiam.Siapakah engkau yang di depan
Jiwaku memang belum sembuh, mawar merah terlihat layu dimataku.
Sudah malam lagi kini Saat hasrat berpuisiku hadir lagi Dalam damba nurani akan kembalimu Menyapa dengan sajak-sajak seperti duluNamun aku akhirnya me
Hari ini kembali menyapa. Bersama ingatan sebuah malam. Dalam hari Senin nan panjang. Tepat tujuh tahun silam
Sebagian telah sempurna menjamu malam. Sebagian lain masih lalu lalang
Ucapkan selamat tinggal kepada malam yg mengumpat!
Redup cahaya melambankan hari Cukup tenang air di teluk; juga hati Agak terlambat kedatangan kali iniP erahu-perahu telah banyak bertolak pergi
ketika malam menjangkau separuh jalan. Rembulan meredup perlahan. Bayan kuning tetap memijar.
arti puisi, puisi tentang, puisi cinta, contoh puisi, menulis puisi
Contoh puisi, puisi tentang, puisi tentang kehidupan, puisi tentang alam, contoh penulisan puisi
puisi adalah, contoh puisi, contoh sajak, contoh fiksi, puisi malam, puisi tentang cinta, puisi bulan sabit
contoh puisi, puisi adalah, contoh sajak, contoh sastra, puisi tentang perpisahan, puisi senja
jenis puisi, contoh puisi, puisi tentang, puisi
contoh puisi, puisi tentang malam, puisi tentang bintang, puisi tentang kota, puisi adalah,