Awalnya—
janji bersinar bagai fajar muda,
membawa percaya, membawa harap.
Namun seminggu cukup untuk meluruhkan cahaya:
kejujuran terbakar di tungku dusta.
Tampaklah parade wajah berlapis,
topeng-topeng yang bergantian menari:
ada yang tampak hebat namun rapuh,
ada yang sedang namun gamang,
ada yang kampungan dengan dusta tanpa malu.
Mereka menjual segalanya:
agama jadi komoditas murahan,
pengetahuan jadi iklan singkat,
dogma jadi senjata,
propaganda jadi pesta,
dan kebodohan—ditahbiskan sebagai raja.
Inti dari semuanya hanya satu:
nafsu lapar yang tak pernah kenyang,
api yang tak puas membakar,
dan makar yang tumbuh seperti benalu.
Begitulah—
serakah berkedok mulia,
berdiri di altar seolah suci,
padahal hanya pedagang gelap
yang menukar cahaya dengan abu.
Minggu malam kembali ke malam minggu,
putaran getir tanpa henti:
makan, bakar, dan makar—
jejak serakah yang disembah dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI