Aku buka Al-Qur'an kecil yang selalu kubawa. Suaraku pelan, nyaris tak terdengar, mengaji ayat demi ayat.
Tidak untuk mencari pahala, tapi untuk menemukan sesuatu yang bisa menahan diriku agar tidak hancur seluruhnya.
Malam itu panjang. Sangat panjang. Tapi juga terasa sebentar, karena pagi datang tanpa aku siap apa-apa.
Hari itu adalah ujian terakhir---mata kuliah terakhir yang akan menutup seluruh perjalanan studiku.
Aku datang ke ruang ujian. Duduk. Menatap lembar soal.
Tapi aku tidak bisa menjawab satu pun.
Bukan karena aku tidak tahu materinya. Tapi karena pikiranku tidak bisa fokus pada apa pun selain satu kalimat:
"Ibu sudah tidak ada."
Tanganku memegang pena, tapi tidak bergerak.
Aku hanya duduk selama waktu ujian berlangsung.
Diam. Hampa. Gagal.
Setelah selesai, aku keluar dari ruang ujian tanpa berkata apa-apa. Tidak ke teman, tidak ke dosen, tidak ke diriku sendiri.
Aku tidak pulang ke asrama.
Entah bagaimana, aku berjalan ke arah pantai---sendirian.
Angin musim semi masih dingin menusuk tulang. Tapi aku tidak peduli.
Aku duduk di pasir basah. Menatap laut. Menatap garis horison yang tidak bergerak.
Mataku terbuka. Tapi pikiranku kosong.
Air laut bergerak. Ombak datang dan pergi. Tapi tidak ada suara yang bisa menenangkan.
Aku bertanya dalam hati, tapi tidak ada jawaban.
Aku mencoba menangis lagi, tapi tangisku sudah habis semalam.