Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Bisikan Denting Bambu

9 Mei 2025   18:47 Diperbarui: 9 Mei 2025   18:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen: Bisikan Denting Bambu (Sumber: Leonardo)

Ia berdiri, mendongak.

Bunyi itu datang dari arah hutan kecil di pinggir desa.

Tidak keras. Tapi cukup untuk membuat langkahnya pelan-pelan meninggalkan rumah, melewati pagar bambu, dan menuruni jalan setapak yang basah oleh sisa hujan.

Ada sesuatu di sana.

Sesuatu yang belum ia kenal.

Atau mungkin, sesuatu yang sudah lama ia lupakan.

Alfan belum tahu apa yang membawanya turun ke lembah itu. Langkahnya melintasi tanah merah basah yang licin, melewati rumpun pakis dan alang-alang yang mulai menutup jalur. Bau daun basah bercampur tanah menggantung rendah seperti kabut yang tidak ingin pulang.

Suara itu masih terdengar. Samar. Tapi jelas arah datangnya. Ia mengikuti tanpa banyak tanya, seperti anak kecil mengejar bunyi lonceng keliling tukang es krim.

Di belakang pasar lama yang sudah ditinggal pedagang sejak pandemi, ada sebidang tanah lapang kecil, dikelilingi bambu tua yang batangnya tinggi dan kurus. Di sanalah ia melihatnya.

Seorang lelaki tua, duduk bersila di atas potongan batang kelapa. Di hadapannya: tiga batang bambu besar yang dirangkai menyerupai alat musik. Ia mengetuknya pelan dengan dua batang kecil yang diikat kain di ujungnya. Setiap ketukan memunculkan suara mendalam, lembut, nyaris seperti dengung doa.

Lelaki itu tidak menyadari kedatangannya. Atau mungkin justru tahu, tapi memilih diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun