Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Bisikan Denting Bambu

9 Mei 2025   18:47 Diperbarui: 9 Mei 2025   18:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen: Bisikan Denting Bambu (Sumber: Leonardo)

Alfan hanya mengangguk. "Freelance."

Kata itu selalu terdengar keren di media sosial, tapi di telinga Pak Sali, barangkali itu terdengar seperti "nganggur sambil main HP".

Hari-hari Alfan di kampung berlalu dalam bentuk kabut. Ia bangun siang, membaca novel lama, dan tidur lagi. Tidak ada yang bertanya, tapi semua tahu ia sedang kalah.

Ia mencoba lagi membuka laptop—lamaran kerja nomor ke entah-berapa. Tapi sinyal di kampung hanya kuat untuk pesan berantai Whatsapp dan video Tiktok berdurasi sepuluh detik.

Di malam hari, ia menatap langit-langit kayu kamar. Di sanalah dulu ia menggantung peta dunia, memandangi Eropa sambil bermimpi jadi peneliti budaya. Tapi sekarang peta itu sudah disobek oleh waktu, dan yang tersisa hanya sisa perekat dan bekas paku.

Malam-malam seperti itu, Alfan merasa menjadi ruang kosong yang berjalan.

Suatu sore, hujan turun ragu-ragu. Rintiknya hanya cukup membasahi ujung daun dan menghidupkan aroma tanah.

Alfan duduk di bangku kayu belakang rumah, memandangi kabut perlahan turun dari bukit.

Lalu, ia mendengar sesuatu.

Bunyi bambu.

Bukan suara angin memukul rumpun bambu. Ini seperti denting. Irama. Seperti musik, tapi purba. Tertata, namun tak seperti lagu-lagu yang biasa ia dengar. Suaranya lembut, tapi menuntun. Seperti panggilan, atau bisikan yang entah bagaimana terasa akrab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun