Merespon dinamika ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin.
Indonesia mesti tetap waspada terhadap dampak rembetan perang dalam berbagai bentuknya, baik perang senjata maupun dagang.
PendahuluanSejak 2018, perang dagang antara AS dan Tiongkok telah menimbulkan ketegangan yang signifikan pada sektor perdagangan internasional dan sta
Perang dagang AS-China: Indonesia banjir barang murah, industri lokal terancam. Peluang relokasi pabrik melayang. Diamkah kita? Saatnya bertindak!
Rentetan konflik global menguji karakter bangsa, ekonomi melambat, tenaga kerja terguncang; Indonesia di tengah silang kebijakan dan harapan.
Pemerintah mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar
PendahuluanPada kuartal pertama tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan yang mencerminkan tantangan-tantangan lu
Pada Kamis, 5 Juni 2025, dunia menyaksikan momen penting dalam percaturan geopolitik dan ekonomi global: . . .
ABSTRAKDalam era globalisasi ekonomi yang penuh persaingan, kebijakan tarif timbal balik (reciprocal tariffs) yang diterapkan oleh Amerika Serik
Strategi Perang Modern Echo-Colonialisme dalam Hydroimperialis antar Negara
Harga bisa murah. Tapi kepercayaan, kualitas, dan keberlanjutan adalah mata uang yang sebenarnya dalam perdagangan masa depan.
KTT ASEAN ke-46 di Kuala Lumpur menjadi panggung bagi Asia Tenggara untuk menavigasi badai tarif AS, konflik Myanmar dan tarik-menarik kekuatan global
Tarif 50% atas impor Uni Eropa memicu ketegangan global. Bagaimana dampaknya terhadap ekonomi dunia dan posisi Indonesia?
Perang dagang mereda, tapi Indonesia harus belajar menghadapinya dengan memperkuat daya saing, bukan proteksi.
Di tengah tekanan tarif global, Indonesia merancang strategi negosiasi untuk melindungi kepentingan nasional dan menjaga stabilitas ekonominya.
Kesimpulannya, perang dagang global adalah ujian serius bagi ketahanan ekonomi Indonesia. Tanpa kebijakan strategis dan keberanian untuk beradaptasi,
Perang dagang AS-Tiongkok membawa tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia
Dalam konteks ini, semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955, yang memasuki usia 70 tahun pada 2025, menemukan relevansi baru sebagai panduan moral
Pemerintah bersama pelaku industri harus menyusun dan mengeksekusi National Resilient Supply Chain Strategy secara terstruktur dan terukur.
Ketika dua Jagoan ekonomi dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok saling adu pukul dengan menaikkan tarif impor barang dagangan,