Mohon tunggu...
Satria Kurniawan
Satria Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Aku adalah seorang pemuda yang diturunkan ke bumi yang disalurkan oleh rahim ibuku dibantu dengan bapaku., dan aku ditugaskan dibumi untuk beribadah dan bersenang - senang bermain basket.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Moneter Dari Perang Dagang Amerika dan China

23 Juni 2025   16:13 Diperbarui: 23 Juni 2025   16:13 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Sejak 2018, perang dagang antara AS dan Tiongkok telah menimbulkan ketegangan yang signifikan pada sektor perdagangan internasional dan stabilitas moneter global.  Selain mempengaruhi arus barang dan investasi, penerapan tarif impor yang signifikan oleh kedua negara juga mengganggu nilai tukar, tingkat inflasi, dan kondisi makroekonomi di banyak negara, termasuk negara-negara berkembang di Asia Tenggara. 

Kebijakan proteksionisme yang keras dari dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia membuat sistem keuangan global tertekan.  Artikel ini membahas bagaimana dampak moneter dari perang dagang AS-Tiongkok , terutama melalui tekanan inflasi, pelemahan nilai tukar, dan pergeseran kebijakan moneter negara-negara mitra dagang. 

Fluktuasi Nilai Tukar: Pelemahan dan Ketidakstabilan

Salah satu dampak moneter paling langsung dari perang dagang adalah fluktuasi nilai tukar mata uang. Ketika Amerika Serikat menaikkan tarif terhadap ribuan produk asal Tiongkok, respons pasar global terhadap ketegangan ini mendorong depresiasi Yuan secara signifikan. Depresiasi Yuan kemudian memicu tekanan pada mata uang negara-negara berkembang lain, termasuk di kawasan ASEAN seperti rupiah, ringgit, dan peso.

Kondisi ini membuat bank sentral di negara-negara mitra Tiongkok harus melakukan berbagai bentuk intervensi---baik melalui pasar valuta asing maupun pelonggaran kebijakan suku bunga---untuk menjaga stabilitas kurs dan mencegah capital outflow yang besar. Ketidakstabilan kurs ini juga berdampak pada dunia usaha karena menciptakan ketidakpastian dalam ekspor-impor dan perhitungan biaya.

Kenaikan Inflasi: Biaya Produksi dan Harga Konsumen

Harga barang impor, termasuk bahan baku dan barang modal, telah meningkat sebagai akibat dari tarif impor AS terhadap produk Tiongkok dan sebaliknya. Biaya produksi telah meningkat, yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga konsumen.

Sebuah studi oleh Federal Reserve Bank of New York menunjukkan bahwa perang tarif menyebabkan biaya tahunan tambahan lebih dari USD 1.200 per rumah tangga di Amerika Serikat pada tahun 2019.  Tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di negara-negara berkembang yang mengimpor barang dari China dan Amerika Serikat, beban tarif meningkatkan harga barang domestik sebagai akibat dari efek limpahan atau inflasi berputar. 

Tekanan terhadap Kebijakan Moneter Nasional

Bank sentral di banyak negara harus mengubah kebijakan moneternya untuk menghadapi tekanan nilai tukar dan kenaikan harga barang impor.  Negara-negara tertentu, seperti Indonesia dan Filipina, memilih untuk menahan atau menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga inflasi stabil.  Sebaliknya, pelaku pasar dipaksa untuk menghindari investasi karena ketidakpastian perdagangan dan beralih ke aset yang lebih aman, seperti dolar AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun