"Lody? Bukankah dia ilmuwan muda yang sedang beken ya?"
"iya ayah. Kebetulan juga dia adalah kakak kelasku dulu saat di SMA. Sepengetahuanku dia adalah ilmuwan yang tekun dan pekerja keras. Dia tidak akan berhenti mencoba sebelum dia berhasil. Persis seperti ayah. Jadi kurasa kalian akan cocok"
"wah Grey kamu pintar sekali memilih. Sekalian karena kecerdasannya dan sifat tekunnya. Kamu memilih dia karena dia cukup tampan kan?" ucap Albar menggoda putrinya
Pipi Grey bersmu merah. Dia jadi salting karena ditanya seperti itu oleh Albar
"ah ayah.memang kenapa kalau dia tampan? Mungkin hanya kebelutan saja. Sudahlah yah tidak ada hubungannya  juga."
"tentu ada Grey. Kalau yang kau katakan tadi benar. Dia cerdas dan pekerja keras plus wajah yang tampan, munkin ayah akan menjodohkan kalian dengan senan hati." Ucap Albar sambil menaik turunkan alisnya. Wajah Grey semakin merah mendengar jawaban tak terduga ayahnya.
"ayaaaahhhh! Sudahlah aku kesal sama ayah" ucap Grey pura-pura ngambek
"ngambek nih yaaa. Grey gimana kalo kita ajak dia bertemu hari ini. Kamu punya kontaknya tidak?"
"kalo kontaknya Grey ada. Memangnya kak Lody tidak sibuk yah? Bagaiman kalo kita buat janji dulu?"
"kak Lody? Kamu manggil dia kak? Seharusnya kamu panggil dia doktor. Dia kan ilmuwan Grey. Lagi pula siapa orang yang bisa menolak undangan ilmuwan dunia seperti ayah?"
"kak Lody sendiri yang memintaku memanggilnya begitu, katanya biar lebih akrab. Dan iya-iyaaa yang ilmuwan dunia. Orang yang dikagumi seluruh dunia." Ucap Grey mengejek