Â
"Dika, berhentilah tertawa! Sekarang ia membalikkan tubuh ke arah kita."
Â
Tampak Bu Pia mengacung-acungkan sepotong kayu bakar ke arah kami. Mulutnya berkomat-kamit. Wajahnya tampak seram diterangi cahaya lampu rumahnya yang temaram. Kemudian, ia tertawa histeris hingga kepalanya mendongak ke belakang.Â
Â
HIHIHIHIHI!!!
Â
"Kak, aku takut," gumam Dika dengan wajah memelas. "Kita akan dikutuk karena mengintip?"
Â
Tanpa menjawab pertanyaan Dika, aku langsung menutup horden. Bu Pia memang seperti kerasukan kunti. Sebaiknya, kami tak mencampuri urusannya. Seperti peribahasa Inggris, kucing dibunuh karena terlampau ingin tahu.
Â