Mohon tunggu...
Sholahuddin Athoillah
Sholahuddin Athoillah Mohon Tunggu... Guru SMP Negeri 7 Mojokerto

Saya seorang guru di SMP Negeri 7 Mojokerto

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sarintul dalam Pembelajaran Mendalam

3 September 2025   14:41 Diperbarui: 3 September 2025   14:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sarintul dalam Pembelajaran Mendalam

Oleh Sholahuddin Athoillah, S.Pd.

Guru SMP Negeri 7 Mojokerto

Sari, begitu orang kampung memanggilku. Hidup di desa terpencil seperti ini kupikir tak ada yang berbeda, semua sama. Maklum beberapa tahun silam baru saja bapak memboyong seluruh manusia di keluargaku meninggalkan kota kelahiran.

 

Bag. 1 Tentang Growth mindset

Sekolahku yang baru ini ada yang sedikit berbeda. Ada satu guru yang menurutku patut menjadi contoh semesta. Miyjun, bukan? Tak ada satupun kemiripan dengan aktor ganteng Korea itu; iyalah secara umur sudah 59. Tak kurang dari H-24 menuju purna tugasnya. Pak Hari namanya; sehari-hari ia selalu sibuk membaca, menonton youtube . Sesekali ia pernah utarakan momen saat bapak berjas hitam berkopyah di youtubenya, itu pak Menteri baru serunya. Pak Menteri itu seolah menceramahi dia panjang lebar tentang pembelajaran lewat layar gawainya. Begitu deras rasa ingin tahunya.

Aku mulai hafal 5 menit setiap pembelajarannya, “Nak, apakah bapak hari ini sudah piawai mengajakmu belajar? Jangan lupa berikan gambar emoji perasaanmu di pojok tepi atas buku sebelah kiri atas, setelah tanggal yang kautulis hari ini”.

Sempat dalam benakku Buat apa sih repot-repot mengoleksi emoji kami sekelas, sebegitunya beliau ingin menyelami bagaimana belajar kami bersama beliau. Iya pak, bapak sudah sangat bagus, menginspirasi, tapi apakah bapak tidak bosan menjadi seperti itu sendirian. Tak ada loh guru yang kutemui seperti bapak. Sering kali mau kusampaikan padanya, tapi seolah tak tega melihatnya dengan perilaku baiknya itu. -

 

Bag. 2 Tentang berkesadaran menjadi pebelajar aktif dengan literasi

Satu hal lagi, beliau selalu titip pesan di akhir pelajaran. Sekedar untuk menyampaikan topik apa yang akan dipelajari minggu depan. “Nak, kalau kau ada sempat, coba baca di perpustakaan tentang Candi Borobudur ya, kalau kau sempat ke pasar sama ibumu, kau coba lanjutkan naik angkot ke arah selatan, sempatkan beberapa menit untuk ambil foto disana, coba lihat reliefnya dan apa saja yang ada disana. Tahu tidak, Ada yang beda loh”. Waduh, ngapain lagi ini kira-kira ya, ujarku dalam lirih.

Sejujurnya, aku penasaran dengan titipan pak guru, ya aku anak baru di kampung ini. Namun kalau sekedar ke Borobudur ya sudah ratusan kali aku lewat di depannya. Nih ya, aku jalan di depannya, mau pulang. Tak ada yang beda kok, ya gini-gini saja.

Usai makan malam kudekati mama. “Ma, pak Hari suruh lihat-lihat Borobudur, katanya ada yang beda. Apa ya?”, ya mana kutau, sahutnya sambil lanjut pantengin sinetron kesayangannya.

Apa yang beda??

Kalimat itu buatku gusar semalaman. Mungkin HP ini solusinya, gassskan google. scroll sana sini, nemu itu sejarah lengkapnya. Buka youtube, kali ini bejibun video vlog content creator, dan tiktok. Entah berapa lama lagi waktu yang akan kuhabiskan sekedar nemu jawaban apa yang beda. Jam 23.00 WIB, saatnya sudahi rasa ingin tahu ini. Besok masih ada hari dan aku tak mau kehabisan energi belajar setelahnya.

Saat bel istirahat berteriak, aku lari sekencang-kencangnya menuju perpustakaan. “mbak, dimana buku tentang Borobudur, cepat mbak, otakku sudah ndak tahan lagi” sabar dek, lihat rak pojok kiri, ada papan nama bertuliskan sejarah nah tepat di baris kedua setelah deret ensiklopedia, cari disana. Ketemu, kubaca, kubandingkan semua informasi tadi malam itu. Kutemu kenali semua informasi lengkap sudah kupikir.

Dan pak Hari lewat tuh, pak..pak…pak Hari, saya mau tanya, maksud pertanyaan bapak kemarin  di kelas apa? ”Rahasia” jawabnya dengan senyum, lanjutkan literasimu. Alamakk… ketemu pak guru ini masih kurang 3 hari lagi. Gimana ini, lanjut sajalah. kini giliran ensikopedia, habis kau setelah ini.

Dering notifikasi grup WA, ada pesan dari pak Hari. “Anak-anak, hari ini bapak melihat seorang siswa teladan membaca di perpustakaan dengan penuh antusias bertanya sebuah rahasia jawaban pertanyaan bapak kala itu. Bersiaplah untuk bertemu dengan bapak dua hari lagi untuk saling bertemu rasa dan berbagi pengetahuan tentang Rahasia Borobudur. Agar kamu memiliki pengetahuan yang lengkap atas karunia bangsamu, setelah itu mari kita buat tulisan-tulisan yang menginspirasi dunia tentangnya. Biarkan dunia tahu Indonesia punya keajaiban ini”.

Aku siap bapak, adakah perbekalan ilmu yang harus kusiapkan untuk diskusi depan? Dan aku sangat percaya diri dan tak sabar menunggu bertemu dengan bapak di kelas nanti –

Hari yang dinanti

Nah dia datang, alhamdulillah. Kali ini beliau bawa kabel roll, dia keluarkan isi tas hitam itu, LCD. Ia sibuk pasang ini itu, kusempatkan bantu beberapa kali. Dan ya ia mulai dengan salam hasnya, Assalamualaikum anak-anak hebat Indonesia, siap belajar Bahasa Indonesia hari ini? Coba lihat di depan, bapak punya 5 kartu; 1 kartu berisi 1 soal yang berbeda setiap kartu semua tentang Borobudur. Tuliskan dengan singkat di bukumu, bapak yakin setiap kalian pasti punya jawaban yang berbeda-beda. Ingat setiap dari kita punya perbekalan pengetahuan masing-masing. Dengan PD nya kutulis semua jawabanku, tak terasa dua halaman lebih ludes, dan masih harus kutulis dengan semangat satu soal terakhir, “Apa yang bisa engkau ceritakan tantang relief Borobudur..” pertanyaan yang sangat mudah bagiku, sayang waktu yang diberikan hanya tersisa 5 menit lagi. Agaknya tak cukup untukku menuliskan semuanya.

Entah apa yang dilakukan pak Hari kulihat ia mondar mandir menempelkan beberapa tulisan di papan tulis. Semenit kemudian ia berkata,” Sari sama Agung maju kedepan, serunya. Anak-anak, semua pengetahuan berawal dari rasa ingintahu. Sekarang bapak ingin bertanya kepada dua orang temanmu ini. Sari dengan begitu banyak tulisannya, sementara Agung dengan jawaban yang begitu singkatnya. Ayo kita gali rasa ingin tahu mereka ya”. Dengan semua proses belajarku sebelumnya, tentu aku jumawa hari ini hahahah

 

Bag. 3 Tentang ownership dan pengalaman belajar ke 1 Memahami

Building Knowledge of Field (BKOF)

Kujelaskan semuanya, kupamerkan dengan ikhlas semua tulisanku, pak Hari berbisik di telingaku, ‘terimakasih ya nak’. Sementara diujung kiri beliau mengusap air matanya sesaat mendengar cerita bagaimana Agung tak ada waktu membaca sementara ia menghidupkan malamnya menjaga ibunya yang terbaring sakit. “Bapak, saya ingin kerumahmu, ceritakan padauk tentang Borobudur, saat ibuku sembuh nanti”.

Pak guru satu ini lalu memulai dengan memamerkan di antara 5 tulisan yang ia tempel di papan tulis, bahwa satu diantaranya adalah karya salah satu muridnya yang kini jadi seorang penulis jurnal, ia tandai artikel berjudul Borobudur, warisan semesta itu dengan bingkai warna biru yang membedakan dengan artikel lain, sebuah bangga seorang guru atas karya muridnya. Anak-anak, bapak ingin kalian bisa menulis karya seperti yang bapak tempel disana. Akan ada waktunya nanti kalian akan baca satu per satu, memahami, mencoba menulis lalu menginspirasi dunia. Ia munculkan sebuah judul besar memenuhi 1 slide powerpointnya “Menulis teks Berita”. Satu kelas tertawa ketika ia menanyaiku, ada berita apa di rumahmu pagi ini Sari, kujawab saja Pak RT tengkar sama istrinya pak.

Pak Hari begitu lihai dalam membuat suasana belajar yang menyenangkan. Tidak pernah sekalipun pertanyaannya menyasar hal-hal yang tidak kami ketahui. Semua terasa dekat dengan kehidupan, pengalaman, dan tentunya persiapan belajar yang telah disepakati sebelumnya. Ak selalu merasa memiliki ruang diskusi, kesempatan berkolaborasi dengan tetap menghargai hasil belajar masing-masing. Pak Hari tidak pernah memuji dengan satu kalimat, selalu dua; ia memuji capaianku lalu pasti ia tambahkan tantangannya. Ingat saja hari ini saat ia berkata, “Sari kamu luar biasa tulisan ini begitu menginspirasi bapak, cobalah menuliskannya dengan rapi dengan judul yang menarik, bapak akan bantu mengirimkannya ke media cetak’’. Tentu aku terhipnotis dengan ucapnya.

Kemudian ia letakkan dua tumpuk kertas. Satu tumpuk berisi informasi tentang teks, kubaca sekilas berisi pengertian dan fungsi sosialnya sebagai pondasi diskusi selama 30 menit berikutnya. Sementara satu tumpuk kertas berisi 5 artikel yang sama persis dengan yang ditempel di papan. Lalu ia mulai melihat kembali hasil tes awal; 5 soal yang menggambarkan kedalaman pengetahuan kami atas Borobudur. Ia kelompokkan kami, dan aku masuk di kelompok 3 persis ingatanku di soal nomor 3 itu begitu Panjang lebar aku menulis tentang relief Candi Borobudur. “Anak-anak, dari hasil nilai tes awal tadi bapak bagi kamu dalam 5 kelompok ya. Kelompok ini akan menjadi the master atau kelompok ahli. Bapak sudah siapkan 5 artikel sesuai keahlianmu. Di antara kelompok tersebut bapak berikan article sejarah Borobudur, karena bapak anggap kalian sangat luas pengetahuan tentangnya. Begitu juga dengan kelompok lain sesuai dengan bidangnya”.

Modelling of text (MoT)

Kemudian ia minta kami dengan tertib duduk sesuai kelompok masing-masing. Mulailah kami mencari ide pokok tiap paragraph, menyimpulkan isi teks. Menjawab pertanyaan terkait tentu tidak luput untuk semakin menajamkan isi teks. Setiap kami diberikan lembar refleksi berupa centang angka dan deskripsinya; tentang sejauh mana saya memahami isi, perasaan saya membaca teks, tentang rasa ingin tahu saya setelah membaca teks, dan menuliskan pengetahuan apa yang ingin saya ketahui lebih lanjut setelah membacanya. Yang aku suka dari pak Hari yakni ia tidak pernah lupa memberi kesempatan untuk menulis apa yang ingin kutulis, tak hanya mencentangi tabel refleksi namun aku ingin menuliskan isi hatiku di kolom curhat. Sontak kutulis, “pak aku sudah tak sabar ingin menulis, ini mudah bagiku”.  

Kelompokku bersepakat untuk membuat mindmap dengan teks tersebut dengan diindahkan berbagai ornament di setiap sisinya, dengan warna dasar pink; entah mengapa grup cwo cwe ini sepakat penyuka warna pink. Begitu bangganya kami dengan mahakarya ini, kutulis besar di bawah The pinky generation. Eh iya ada lagi, semua orang bertandatangan di sebelah namanya, latihan jadi pejabat kata pak Hari. Kemudian, pak guru ini memberi kami waktu 5 menit untuk pelajari hasil ringkasan itu sebelum kemudian ia mengambilnya tuk dipajang di sepanjang Lorong depan kelas. sungguh indah pemandangan ini, kami senang kami merasa dihargai. Beberapa waktu kemudian pak Hari menyampaikan rasa bangganya atas kerja tim, kalian semua hebat. Kini ayo saling berbagi, setelah ini tunjuk dua orang diantara anggota kelompok masing-masing untuk menjadi promotor, bersiap di depan stand poster mindmapp. Yang lain silahkan berkunjung ke stand-stand tadi, bawalah stiker ini; merah untuk 3 poin, hijau 2 poin, dan kuning 1 poin berdasarkan presentasi/performa rekan tim kelompok lain. Lihatlah bagaimana mereka menjelaskan padamu isi teks yang telah didiskusikan, bertanyalah apa yang kamu tidak tahu, lalu perhatikan bagaimana mereka menjawab. Sejenak lalu putuskan stiker mana yang akan kamu berikan sebagai wujud apresiasimu.” Dan seluruh stand mulai dipadati pengunjung. Aku, kwalahan menjawab pertanyaan, seru sih, dan pembelajaran ini adalah milikku.

Kami pun menulis refleksi, aku bahagia ingin rasanya menyegerakan satu minggu kedepan, aku ingin segera belajar lagi dengan pak Hari dan kawan-kawan. Ada oleh-oleh dari pak Hari, 5 artikel tadi telah dikirim ke grup WA kelas untuk dibaca Kembali lengkap dengan foto-foto keceriaan hari ini. 5 foto masing-masing kelompok dengan pak Hari di tengah, tepat di sebelahku. Nilai A, untuk the Pinky generation. Terimakasih pak Hari.

Bag. 4 Tentang pengalaman belajar ke 2: Mengaplikasi

Joint Construction of the Text (JCOT)

Selanjutnya,

Hari ini cuaca agak mendung, andaikan saja pulang pagi lalu tidur di rumah seharian, mungkin menyenangkan. Tapi tidak untuk kelas kami, suasana berubah jadi hangat saat icebreaking dimulai; bermain tebak-tebakan, spontan semua ketawa lepas. Kali ini aku sempat bertanya, pak mengapa 5 artikel yang kita bahas itu isinya berbeda-beda, mengapa tidak disamakan saja tentang sejarah Borobudur saja misalkan. “pinter sekali pertanyaanmu nduk, dunia ini hanya berisi perspektif saja, melihat kebenaran itu bisa dari banyak sisi. Maka perbanyaklah cara pandang dalam dalam menyikapi satu hal agar kamu bijak dalam kehidupan.”

Lalu ia menyontohkan dengan buah apel yang dibawanya, bisa jadi seseorang mengambil kebenaran dari warnanya, rasanya, bertanya, atau bahkan harganya. Semua benar, asal bisa dipertanggungjawabkan. Sama dengan teks berita ini, semua yang ditulis adalah perspektif kebenaran yang bisa dibuktikan. Mari bapak ajak kamu hari ini mempelajari kebenaran tentang artikel yang bapak tulis tentang situs bersejarah di kota Yogyakarta. Bapak seperti kamu, penuh rasa ingin tahu, bapak membaca, menggali informasi, lalu bapak tulis. Mari berdiskusi bersama.

Pak maaf, saya menemukan informasi yang tidak sama di artikel yang bapak tulis dengan yang saya baca minggu lalu. Bapak menyebutkan tahun pemugaran candi Borobudur oleh UNESCO tahun 1907-1911, padahal menurut yang saya dapatkan itu tahun pemugaran oleh Van Erp, justru UNESCO tahun 1973-1983. Pak Hari menghampiri saya, berkaca-kaca matanya seraya menyampaikan terimakasih nak, sungguh aku tidak pernah mendapati murid yang secerdas kamu, terimakasih koreksinya. Datanglah kerumah, ada sebuah buku yang ingin kuberikan kepadamu sebagai rasa syukurku atas karunia Tuhan hari ini; tetaplah membaca.

Lalu kami diminta duduk sesuai kelompok seperti minggu lalu. Diberikannya sebuah kertas yang berisi infografis yang tak ada isinya, kemudian ia serahkan juga kertas hasil tes di awal pertemuan; ia lingkari nomor soal sesuai angka kelompok. Ia minta supaya dibuat ringkasan atas semua jawaban anggota di soal nomor 3, kelompokku. Demikian seluruh kelompok melakukan hal yang sama sampai kemudian pak guru mengajari kami menyusun kalimat demi kalimat, menyadur kalimatnya, memastikan satu demi satu mudah dipahami oleh pembaca. Satu per satu anggota kelompok membaca ulang hasil kerja tim untuk setiap kalimat dalam infografis, akhirnya kami siap menuliskannya dalam teks utuh lengkap dengan judulnya: Relief kehidupan dalam Candi Borobudur by the pinky generation.

Ia hampiri satu demi satu kelompok, ia beri koreksi, masukan dan satu kalimat ini: “kalian hebat. Mampukah kalian menulis sendiri.” Kami siap …..

 

Independent Construction of Text (ICOT)

Kutulis dengan percaya diri, Borobudur milikku. Sepulang dari sekolah kusempatkan melihat indahnya Borobudur, kupandanginya ia pelan-pelan, dengan seksama. Sungguh memang engkau milikku. Kuambil bukuku, kutulis banyak-banyak tentangnya, semua pengetahuan yang telah kudapatkan sebelum atau sesudah pembelajaran. Kurangkai satu demi satu kalimat. Kubaca berulang-ulang. HP berdering, aku sampai lupa untuk pulang, betapa asyiknya belajar seperti ini. Aku tak mau berhenti belajar.

Bag. 5 Tentang pengalaman belajar ke 3: Merefleksi

Sepat kami diajak berpikir sembari Pak Hari duduk di tempatnya, membagikan kertas refleksi untuk setiap dari kami. Ia meminta kami menuliskan: apa yang telah kami pelajari sepanjang waktu ini, apa yang paling kamu mengerti dari materi kali ini, dan apa rencanamu untuk hasil belajar selama ini.

Bag. 6 Tentang Extended Abstract

Esok pagi aku menemui pak Hari, kutunjukkan karyaku kepadanya. Kutagih janjinya untuk bantu aku terbitkan karyaku. Ia hanya tersenyum, menyuruhku menunggu kabar setelahnya. Ia hanya berjanji untuk usahakan yang terbaik sampai kemudian malam itu aku tak bisa tidur.

Menunggu kabar baik,

Menanti artefak belajarku,

Berbagai untuk semua yang kutahu,

Untuk dibaca dan dimengerti bagaimana Hasrat dan asaku memahamkan dunia, aku punya anugerah Tuhan yang harus kujaga

Tak ada kabar dari pak Hari

Ak hanya terdiam di pagi, tanpa nasi sarapan. Coba kubuka lagi HP semoga ada pesan darinya, kosong. Aku bersegera ke sekolah mencari pak Hari, ia tidak ada. Kucoba tanyakan guru di kantor, pak Hari sedang tidak di tempat. Ia sedang mengurus administrasi pensiunnya. Ah sudahlah, ini semua sia-sia.

Aku hanya tertunduk jalan kembali ke kelas, namun beberapa langkah kemudian sang guru piket memanggilku, nduk ada titipan dari pak Hari. Sontak ak bergegas, mana bu?. Sebuah map kuning di dalamnya sertifikat penghargaan, ucapan terimakasih atas  tulisanku, dan secarik kertas bertuliskan “selamat y anak, kutunggu engkau sore ini di teras rumah, mari membaca bersama bapak,…..”

Terimakasih untuk hari ini,

_______________________________________________________________________________

Edward Deci and Richard Ryan, SDT bahwa konsep Eudaimonia dalam hubungan dengan pembelajaran yang menggembirakan akan terjadi jika murid memiliki: Autonomy- Kebutuhan untuk merasa mengendalikan pilihan dan tindakan sendiri. Competence- Kebutuhan untuk merasa mampu dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan dan menguasai keterampilan baru. Relatedness-Kebutuhan untuk merasa terhubung dan diperhatikan oleh orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun