Pada tahun 2021, Bank Dunia menghadapi skandal besar terkait laporan Ease of Doing Business (EoDB), yang menjadi instrumen utama untuk mengukur iklim kemudahan berusaha di berbagai negara.Â
Skandal ini melibatkan Simeon Djankov, salah satu pendiri laporan EoDB, yang dituduh terlibat dalam manipulasi data untuk laporan Doing Business 2018 dan 2020.Â
Investigasi internal Bank Dunia menemukan bahwa Djankov, bersama dengan pejabat tinggi lainnya seperti Kristalina Georgieva (saat itu CEO Bank Dunia), menekan staf untuk mengubah data demi meningkatkan peringkat negara-negara tertentu, seperti China dan Saudi Arabia, sementara menurunkan peringkat negara lain seperti Azerbaijan. Hal ini mencakup perubahan spesifik pada poin data dan pengabaian reformasi yang seharusnya diakui, yang pada akhirnya merusak kredibilitas laporan tersebut.Â
Akibat skandal ini, Bank Dunia memutuskan untuk menghentikan publikasi EoDB secara permanen pada September 2021, setelah menemukan bukti "tekanan tidak semestinya" yang melanggar etika dan integritas data.
Skandal tersebut menjadi katalisator untuk transformasi instrumen pengukuran iklim kemudahan usaha. EoDB, yang sebelumnya berfokus pada peringkat kompetitif berdasarkan regulasi dan prosedur bisnis, dikritik karena rentan terhadap manipulasi dan kurang memperhatikan kualitas layanan publik serta efisiensi operasional.Â
Sebagai respons, Bank Dunia mengembangkan Business Ready Index (B-Ready), yang dirilis pertama kali pada September 2024. B-Ready menggantikan EoDB dengan pendekatan yang lebih komprehensif, mencakup tiga pilar utama: Regulatory Framework (Kerangka Regulasi), Public Services (Layanan Publik), dan Operational Efficiency (Efisiensi Operasional).Â
Indikator baru ini tidak lagi menggunakan peringkat langsung untuk menghindari persaingan tidak sehat, melainkan menekankan skor absolut dan evaluasi yang lebih holistik terhadap siklus bisnis, termasuk aspek keberlanjutan dan inklusivitas. Transformasi ini diharapkan meningkatkan transparansi dan akurasi, sekaligus membantu negara-negara seperti Indonesia untuk mengidentifikasi area perbaikan secara lebih tepat.
Laporan Business Ready (B-Ready) 2024 mengevaluasi iklim bisnis dan investasi di 50 negara, termasuk Indonesia, melalui tiga pilar utama tersebut. Meskipun Indonesia menunjukkan beberapa capaian positif, skor rendah pada sejumlah indikator menunjukkan tantangan struktural yang masih menghambat daya saing ekonomi nasional.Â