Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Rendahnya Capaian Indonesia dalam Business Ready Index 2024

21 Agustus 2025   16:12 Diperbarui: 22 Agustus 2025   04:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | AP Photo via Kompas TV

Pada tahun 2021, Bank Dunia menghadapi skandal besar terkait laporan Ease of Doing Business (EoDB), yang menjadi instrumen utama untuk mengukur iklim kemudahan berusaha di berbagai negara. 

Skandal ini melibatkan Simeon Djankov, salah satu pendiri laporan EoDB, yang dituduh terlibat dalam manipulasi data untuk laporan Doing Business 2018 dan 2020. 

Investigasi internal Bank Dunia menemukan bahwa Djankov, bersama dengan pejabat tinggi lainnya seperti Kristalina Georgieva (saat itu CEO Bank Dunia), menekan staf untuk mengubah data demi meningkatkan peringkat negara-negara tertentu, seperti China dan Saudi Arabia, sementara menurunkan peringkat negara lain seperti Azerbaijan. Hal ini mencakup perubahan spesifik pada poin data dan pengabaian reformasi yang seharusnya diakui, yang pada akhirnya merusak kredibilitas laporan tersebut. 

Akibat skandal ini, Bank Dunia memutuskan untuk menghentikan publikasi EoDB secara permanen pada September 2021, setelah menemukan bukti "tekanan tidak semestinya" yang melanggar etika dan integritas data.

Skandal tersebut menjadi katalisator untuk transformasi instrumen pengukuran iklim kemudahan usaha. EoDB, yang sebelumnya berfokus pada peringkat kompetitif berdasarkan regulasi dan prosedur bisnis, dikritik karena rentan terhadap manipulasi dan kurang memperhatikan kualitas layanan publik serta efisiensi operasional. 

Sebagai respons, Bank Dunia mengembangkan Business Ready Index (B-Ready), yang dirilis pertama kali pada September 2024. B-Ready menggantikan EoDB dengan pendekatan yang lebih komprehensif, mencakup tiga pilar utama: Regulatory Framework (Kerangka Regulasi), Public Services (Layanan Publik), dan Operational Efficiency (Efisiensi Operasional). 

Business Ready Index (B-Ready) | Sumber gambar: endsightconsulting.com               
        googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
Business Ready Index (B-Ready) | Sumber gambar: endsightconsulting.com googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});

Indikator baru ini tidak lagi menggunakan peringkat langsung untuk menghindari persaingan tidak sehat, melainkan menekankan skor absolut dan evaluasi yang lebih holistik terhadap siklus bisnis, termasuk aspek keberlanjutan dan inklusivitas. Transformasi ini diharapkan meningkatkan transparansi dan akurasi, sekaligus membantu negara-negara seperti Indonesia untuk mengidentifikasi area perbaikan secara lebih tepat.

Laporan Business Ready (B-Ready) 2024 mengevaluasi iklim bisnis dan investasi di 50 negara, termasuk Indonesia, melalui tiga pilar utama tersebut. Meskipun Indonesia menunjukkan beberapa capaian positif, skor rendah pada sejumlah indikator menunjukkan tantangan struktural yang masih menghambat daya saing ekonomi nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun