Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Rendahnya Capaian Indonesia dalam Business Ready Index 2024

21 Agustus 2025   16:12 Diperbarui: 22 Agustus 2025   04:56 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | AP Photo via Kompas TV

Namun, lambatnya proses perizinan dan kelemahan dalam kepailitan serta persaingan pasar dapat menghambat masuknya investor asing dan pertumbuhan usaha domestik, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Selain itu, rendahnya skor dalam Financial Services menunjukkan bahwa akses pembiayaan bagi pelaku usaha masih terbatas, yang dapat menghambat inovasi dan ekspansi bisnis. 

Di tengah persaingan global yang semakin ketat, Indonesia perlu mempercepat reformasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga seperti Vietnam, yang mencatat pertumbuhan ekonomi 7,52% pada semester pertama 2025, didorong oleh sektor jasa dan manufaktur yang kuat.

Tantangan lain adalah ketidakpastian ekonomi global, seperti penurunan aliran investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) ke pasar berkembang, yang kini hanya 2% dari PDB global, jauh lebih rendah dari puncaknya pada 2008. Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain untuk menarik investasi di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan geoekonomi.

Langkah Strategis untuk Perbaikan

Untuk meningkatkan capaian dalam B-Ready dan daya saing ekonomi, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis berikut:

1. Akselerasi Digitalisasi Layanan Publik  

Pemerintah harus mempercepat digitalisasi layanan publik melalui penyempurnaan sistem OSS. Bimbingan teknis bagi pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk memahami persyaratan perizinan dapat mengurangi hambatan birokrasi. Selain itu, integrasi indikator Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam OSS dapat meningkatkan daya tarik bagi investor yang peduli pada keberlanjutan.

2. Reformasi Hukum Kepailitan  

Pemerintah perlu menyederhanakan proses kepailitan dengan mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan. Peningkatan transparansi dan efisiensi dalam sistem hukum kepailitan akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kepastian hukum di Indonesia.

3. Peningkatan Akses Pembiayaan dan Persaingan Pasar  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun