Mohon tunggu...
Indriyas Wahyuni
Indriyas Wahyuni Mohon Tunggu... indriariadna.com

Freelance Virtual Assistant, Link Building Specialist, Blogger. Saat ini tinggal di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. https://indriariadna.com/

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mindset "Orang Kaya Tak Perlu Jualan" dan Dampaknya terhadap Ekonomi Digital Indonesia

12 Agustus 2025   20:34 Diperbarui: 12 Agustus 2025   20:34 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kok dia udah sukses masih aja jualan course? Serakah banget sih!"

Komentar seperti ini mungkin familiar di telinga kita. Di Indonesia, ada fenomena menarik: stigma sosial terhadap orang sukses yang masih melakukan aktivitas komersial. Berbeda dengan negara lain, di mana monetisasi expertise dianggap hal wajar, Indonesia memiliki resistensi budaya yang unik terhadap praktik ini.

Pertanyaannya: dari mana asal mindset ini, dan bagaimana dampaknya terhadap perkembangan ekonomi digital Indonesia?

Jejak Budaya dalam Mindset Anti-Komersial

Gotong Royong: Nilai Luhur yang Disalahpahami?

Indonesia memiliki warisan budaya gotong royong yang sangat kuat. Tradisi saling membantu tanpa pamrih telah mengakar dalam masyarakat selama berabad-abad. Namun, dalam konteks ekonomi modern, konsep ini seringkali mengalami misinterpretasi.

Membantu tetangga membangun rumah secara sukarela berbeda konteksnya dengan berbagi expertise profesional yang telah dibangun melalui investasi waktu, pendidikan, dan pengalaman bertahun-tahun. Namun, batas antara keduanya seringkali kabur dalam persepsi masyarakat.

Trauma Historis dengan Kekayaan

Selama era Orde Baru, bisnis besar seringkali identik dengan praktik korupsi dan nepotisme. Hal ini menciptakan trauma kolektif dan kecurigaan sosial terhadap orang kaya yang masih aktif mencari keuntungan ekonomi.

Persepsi ini diperkuat oleh kesenjangan ekonomi yang ekstrem di Indonesia. Display of wealth, termasuk aktivitas komersial dari orang yang sudah mapan, seringkali dipandang sebagai insensitivitas sosial.

Kontras dengan Mindset Global

Di negara-negara maju, monetisasi expertise justru dianggap sebagai bagian normal dari value-based economy. Beberapa contoh:

  • Gary Vaynerchuk: Entrepreneur dengan net worth puluhan juta dollar yang masih aktif menjual course dan speaking engagement
  • Tony Robbins: Motivator dengan kekayaan miliaran rupiah yang konsisten mengadakan seminar berbayar
  • Seth Godin: Marketing guru yang terus menerbitkan buku dan course premium

Mereka tidak dipandang sebagai "serakah", tetapi justru dihormati karena terus menciptakan value dan berkontribusi pada knowledge economy.

Filosofi Value Creation

Di Barat, terdapat pemahaman bahwa:

  • Expertise adalah intellectual property yang legitimate untuk dimonetisasi
  • Melalui produk berbayar, seorang ahli dapat membantu lebih banyak orang secara sistematis dan berkelanjutan
  • Revenue dari knowledge products memungkinkan continuous research dan development

Dampak terhadap Ekosistem Digital Indonesia

Stagnasi dalam Creator Economy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun