Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pendidikan Bidang Hukum. Pengikut Gerakan Akal Sehat. Ex Relawan BaraJP / KAWAL PEMILU Pembelajar Tanpa Henti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Logika (Ep-16) | Positivisme: Fakta Ilmiah-Indrawi Anti Metafisika

28 Juli 2025   20:43 Diperbarui: 4 Agustus 2025   18:59 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abad ke 8-13: Dunia Islam (Ibn al-Haytham, Al-Biruni)Eksperimen optik, astronomi, kedokteran; mendekati empirisme sistematis.

Abad ke 16-17: Bacon, Galileo, Newton, HumeMetode induktif, observasi, hukum alam, skeptisisme metafisika.

Abad ke-19: Comte, Bentham, Mill, DurkheimPositivisme sistematis, sosiologi, hukum empiris.

Abad moderen (ke:20-21): Mach, Vienna Circle, HartPositivisme logis, legal positivism, metodologi ilmiah modern.
Oxford, Cambridge, Harvard, al-AzharPositivisme sebagai metodologi riset utama di sains dan ilmu sosial.

*

Bab 5. Transformasi Positivisme di Akademia Kontemporer

Positivisme, meskipun lahir sebagai aliran filsafat abad ke-19, tetap memiliki posisi yang kuat di dunia akademik modern. Di banyak universitas papan atas dunia, prinsip-prinsip positivisme tidak lagi diperlakukan sebagai dogma filosofis murni, melainkan sebagai fondasi metodologi penelitian. Hal ini berlaku di fakultas-fakultas ilmu alam, ilmu sosial, hukum, hingga kedokteran.

5.1. Positivisme dalam Filsafat Ilmu dan Sains Alam

Universitas-universitas terkemuka seperti University of Oxford, University of Cambridge, Harvard University, Stanford University, dan Sorbonne mengajarkan filsafat sains dengan penekanan pada warisan positivisme. Dalam kurikulum filsafat sains di Oxford (misalnya dalam modul Philosophy of Science dan Philosophy of Social Science), mahasiswa mempelajari Comte, Hume, Lingkaran Wina, serta kritik Popper dan Kuhn.

Meski pendekatan kritis seperti falsifikasi dan konstruktivisme sosial kini dominan, kerangka empiris yang diwariskan positivisme tetap menjadi basis: teori ilmiah harus diuji dengan data dan eksperimen. Di bidang fisika, kimia, dan biologi, prinsip empiris tetap mutlak, meski interpretasi filosofis bisa beragam.

5.2. Positivisme dalam Ilmu Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun