Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Senang menulis, pembelajar.

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis kumpulan cerpen "Asa Di Balik Duka Wanodya", ,Novel “Serpihan Atma”, Kumpulan puisi”Kulangitkan Asa dan Rasa, 30 buku antologi Bersama dengan berbagai genre di beberapa komunitas. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati IG: nsulistiati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi" Dua Puluh Tujuh Bait Ungkapan Cinta"

14 September 2025   16:11 Diperbarui: 14 September 2025   16:11 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Bait-bait puisi tentang cinta Yang tak lekang waktu dan proses

1) Dua puluh tujuh tahun, kita berjalan bersama, menyulam waktu dengan benang doa dan cinta, ada luka yang kita jahit dengan sabar, ada tawa yang kita rajut menjadi kenangan segar.

2) Di matamu, kutemukan rumah tak pernah runtuh, di genggamanmu, kutemukan arah tanpa gaduh, di setiap badai yang mencoba menghempas, kita tetap tegak, berlayar dengan kompas iman yang jelas.

Baca juga: Puisi "Cinta"

3) Dua puluh tujuh tahun bukan sekadar angka, ia adalah jejak langkah, air mata, dan cerita, tentang janji sederhana di altar cinta, yang kita rawat meski waktu kerap menguji maknanya.

4) Kini, rambut mulai memutih, namun hati kian teduh, wajah mulai berkerut, tapi cinta tak pernah rapuh, seperti anggur tua yang makin nikmat rasanya, kebersamaan kita makin dalam maknanya.

 5).Selamat ulang tahun pernikahan, belahan jiwa, semoga sisa jalan kita dipenuhi cahaya, hingga suatu hari, di surga pun kita bersua, masih dengan cinta, yang sama-sama kita jaga.

(6) Biduk kita pernah terombang-ambing di lautan, ditampar ombak, dihantam badai tak kenal ampun, namun layar tetap kukibarkan, karena cintamu jadi tali pengikat yang tak pernah putus.

(7) Ada onak, ada duri, menyelinap di antara langkah-langkah kita, kadang membuat kaki berdarah, namun kita tetap berjalan, meski tertatih.

(8) Waktu bukan sekadar sahabat, ia juga penguji yang lihai, menghadirkan gundah di kala senja, dan resah yang menusuk dada di kala malam.

(9) Sering aku bertanya pada langit, sampai kapan ujian ini bergulir? namun jawabannya selalu hadir dalam senyum tulusmu yang meneduhkan hati.

(10) Harapan pernah redup, seperti pelita yang kehabisan minyak, namun engkau meniup bara keyakinan, hingga api kembali berkobar meski kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun