Dan menjadi seperti orang lain itu pekerjaan yang melelahkan. Masa pubertas itu sendiri cukup menyebalkan, dan keinginan remaja untuk menjadi seperti orang lain adalah beban yang memberatkan pundak mereka sendiri berkali-kali lipat.
Mereka menjadi jauh lebih cemas, tidak aman, iri, kehilangan percaya diri ... dan mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.
Secara pribadi, saya mengalami itu. Masa pubertas saya diisi oleh banyak rasa iri dan penurunan kepercayaan diri. Asumsinya, saya ingin menjadi seperti si A, B, C, D. Dan itu melelahkan yang pada akhirnya, saya tidak menjadi seperti siapa pun.
Tidak peduli seberapa jauh saya berpura-pura menjadi orang lain, pada akhirnya saya selalu mendapati diri saya sendiri sebagaimana adanya.
Penerimaan teman sebaya adalah hal yang besar bagi remaja, dan banyak dari mereka yang peduli dengan citra mereka menurut orang lain seperti halnya seorang politisi yang mencalonkan diri, dan mereka bisa menganggap sama seriusnya.
Bahkan pada faktanya, kini mereka bisa mengetahui jajak pendapat aktual tentang seberapa disukainya mereka oleh orang lain lewat hal-hal seperti tombol "suka" dan kolom komentar. Itu cukup untuk mengubah kepala siapa pun.
Anak-anak dan remaja pun menghabiskan waktu berjam-jam untuk menampilkan "identitas online" mereka, mencoba memproyeksikan citra yang ideal. Mereka pun saling mengeroyok satu sama lain.
Dalam masa pubertas, remaja selalu melakukan itu. Tetapi dengan munculnya media sosial, mereka dihadapkan pada lebih banyak peluang (dan lebih banyak jebakan) daripada sebelumnya.
Emosi yang Tidak Terkendali
Media sosial merupakan wadah interaksi sejuta umat, dalam artian berbagai kalangan bersenang-senang di sana entah orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Setiap generasi punya budayanya masing-masing, atau sesuatu yang saya sebut "permasalahan partikular".
Permasalahan anak-anak barangkali hanya seputar sekolah atau waktu bermain. Permasalahan remaja barangkali hanya seputar teman atau percintaan (yang terlalu dini). Dan orang dewasa lebih kompleks lagi: pekerjaan, ekonomi, pasangan, politik.
Di media sosial, semua permasalahan itu bercampur aduk.