Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengembaraan Penulis Di Era Media Sosial

14 September 2025   08:33 Diperbarui: 14 September 2025   08:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar DKJN.kemenkeu.go.id

Dunia telah berjalan amat cepat, era manual telah diganti dengan peralatan digital, semua berlari tergopoh-gopoh, mengejar perubahan yang seperti jet, melesat. Lalu penulis apakah harus berjalan pelan-pelan mengikuti irama ilhamnya yang tidak bisa dipaksa harus mengikuti dunia yang serba instan.

Mau tidak mau penulis harus tetap mengikutinya meskipun hasilnya tidak sedalam ketika penulis meresapi sebuah peristiwa, diendapkan diolah bathinnya, dipikirkan bagaimana dampak ke depannya.  Ada tuntutan lain, kalau mau hidup dan bertahan ya harus bergerak cepat, memanfaatkan platform digital, mengikuti alur dengan berlangganan internet,  mempelajari aplikasi-aplikasi beserta sistemnya. Belajar cepat menangkap perubahan.

Perubahan Cepat Di Era Digital

Dunia saat ini dipenuhi oleh percepatan, serba instan. Orang-orang berlomba menampilkan diri, memberitahukan ke semua orang di dunia, ini aku ada   di media sosial, dengan penjenamaan atau branding diri, agar dikenal luas seluas jangkauan internet yang telah menyentuh ujung dunia.

Kalau tidak menyesuaikan diri ya ibaratnya seperti "katak dalam tempurung", tidak tahu apa-apa hanya mendengarkan suara nyaring dari dunianya sendiri. Para penulis pasti menyadari ia harus mempunyai ruang berkarya di dunia maya, bukan hanya buku phisik lagi melainkan eksistensi diri di dunia yang hanya terjangkau jika kita berselancar di dalamnya.

Jurnalisme online, tulisan-tulisan yang tercetak di perwajahan benda kecil bernama gawai juga tap, laptop dan sejenisnya, bisa ditenteng ke mana saja, tidak perlu harus membawa buku tulis lagi, cukup merekam suaranya, cukup mengumpulkan kata kunci, pembuka jalan menuju karya instan bernama AI, chatGBT anda bisa menulis buku dengan kecepatan luar biasa.

Bagaimana dengan gambar, ilustrasi dan visual penyerta agar tulisan dikemas dengan ilustrasi menarik. Gampang! teknologi telah memudahkan kalian untuk meracik tulisan dengan gambar ilustrasi canggih dengan berbagai efek dan teknik. Bisa dengan sentuhan klasik, sketsa garis, anime, manga dan berbagai aliran seni rupa.

Banyak penulis yang hadir di media sosial dengan trik-trik marketing agar tulisannya dibaca, lalu ia mendapatkan follower dengan memanfaatkan iklan, platform berbayar lewat gopay, dana, Qriss, casless, bahkan dengan sistem kredit dengan payletter. Penulis modern bergerak dengan mengikuti kecepatan perkembangan teknologi. Mereka mempelajari tiap platform dan media sosial,  mengamati budaya, perilaku dan usia para pembaca dan pangsa pasarnya. Memperhatikan gaya tulisan di tiap platform blog yang berbeda.  

Yang bermasalah "mungkin" orang tua yang begitu gagap teknologi, susah mengikuti kecepatan dunia maya dan digital yang berlari melesat ke masa depan. Namun, jangan pesimis ada banyak teman muda yang akan membantu untuk memasukkan artikel di platform-platform yang memungkinkan penulis terus berkarya. Terutama Kompasiana saat ini. Platform ajang para penulis dari berbagai latar belakang menampilkan konsep pemikirannya, melaporkan berbagai kegiatan di daerah masing-masing, gaya hidup, karya sastra, opini, feature, bahkan catatan hariannya bisa ditampilkan di platform ini.

Kompasiana memberi ruang bagi penulis lintas generasi menampung tulisan-tulisan mereka yang kadang banyak disadur media online lainnya sebagai pemancing pembaca mampir di  beranda mereka. Para penulis harus hadir memberi ruang untuk berpikir jernih, menghindari perdebatan-perdebatan kasar yang banyak muncul di medsos belakangan ini. Banyak akun-akun yang sengaja memprovokasi para penulis instan untuk berdebat, berkelahi kata di ruang maya, gaduh dan kadang menjengkelkan.

Bijak Dalam Menanggapi Komentar Memecah  Belah

Rasanya ketika membaca komentar emosi menjadi meletup-letup, ingin ikut nimbrung tapi ya sebetulnya percuma. Bagai masuk ruang rimba dimana kebenaran apapun yang ditawarkan dalam diskusi mereka akan mental karena perbedaan visi dan sudut pandang.

Makanya platform blog seperti Kompasiana harusnya menjadi corong bagi pada penulis dengan kesadaran untuk meminimalisir berita hoaks, mencegah munculnya kata-kata kasar. Memberi rasa hormat pada setiap penulis untuk menampilkan sisi kritisnya terhadap situasi kondisi negara tanpa muncul kata hujatan, nyinyiran dan sindiran yang bernada bullying, body shaming, SARA, dan menghindari perdebatan tentang keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun