Mohon tunggu...
muhalbirsaggr
muhalbirsaggr Mohon Tunggu... Guru sekaligus Operator/telah menulis Buku Antologi Jejak Pena dan Lukisan Rasa

Saat ini giat Menulis/orangnya pendiam-pekerja keras/konten favorit aku adalah Karya Fiksi/Non Fiksi, Inovasi pendidikan, Puisi serta perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hijau yang Menyusui Harapan

11 Oktober 2025   06:48 Diperbarui: 11 Oktober 2025   06:48 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Amir hanya mengangguk rendah hati. "Kami hanya menanam yang sudah Tuhan tumbuhkan."

11. Penghargaan dan Pulang ke Rumah
Pada suatu pagi, Nanda mendapat surat undangan dari Kementerian Pertanian.
Ia diundang untuk menerima penghargaan sebagai Inovator Muda Herbal Nasional.

Seluruh desa bergembira. Mereka mengantar Nanda ke kota dengan doa dan harapan.

Saat menerima penghargaan itu, ia berkata dalam pidatonya,
"Saya tidak menemukan daun katuk. Saya hanya belajar kembali mencintai apa yang sudah tumbuh di tanah sendiri."

Sorak tepuk tangan memenuhi aula. Nanda tersenyum, tapi pikirannya hanya tertuju pada rumah panggung kecil di desanya, tempat semuanya bermula.

12. Kembali ke Desa
Ketika kembali ke Lembang Jaya, ia disambut dengan pelukan hangat ibunya.

"Bu, kita berhasil," katanya sambil menunjukkan piagam penghargaan.

Bu Rini menatapnya dengan mata berkaca. "Bukan kamu yang berhasil, Nak, tapi daun-daun yang kau rawat dengan cinta."

Mereka duduk di beranda, memandang kebun katuk yang kini menghijau hingga ke tepi sawah. Burung-burung kecil beterbangan, dan anak-anak berlarian membawa hasil panen ke tempat pengeringan.

"Bu, aku ingin lanjutkan penelitian ini. Katuk bukan hanya untuk ibu menyusui. Aku yakin ada manfaat lain yang belum kita temukan," kata Nanda bersemangat.

Ibunya tersenyum. "Asal kamu tetap rendah hati, ilmu itu akan terus tumbuh seperti daun-daun itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun