Mohon tunggu...
muhalbirsaggr
muhalbirsaggr Mohon Tunggu... Guru sekaligus Operator/telah menulis Buku Antologi Jejak Pena dan Lukisan Rasa

Saat ini giat Menulis/orangnya pendiam-pekerja keras/konten favorit aku adalah Karya Fiksi/Non Fiksi, Inovasi pendidikan, Puisi serta perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hijau yang Menyusui Harapan

11 Oktober 2025   06:48 Diperbarui: 11 Oktober 2025   06:48 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya ia menghubungi dosennya melalui panggilan video.

"Menarik, Nanda," kata Prof. Rahim, pembimbingnya di Fakultas Biologi. "Katuk atau Sauropus androgynus memang sudah dikenal secara tradisional, tapi penelitian empiris dari daerah-daerah masih minim. Kalau kamu bisa menemukan data lokal, itu bisa jadi bahan skripsimu."

Nanda tersenyum lega. "Saya akan mulai dari desa sendiri, Prof."

Sejak hari itu, ia menghabiskan waktu di kebun kecilnya, menanam ulang batang katuk dengan pola teratur. Ia membuat catatan tentang tanah, cahaya, dan kadar air. Ibunya hanya menggeleng setiap kali melihat Nanda sibuk dengan alat-alat laboratorium sederhana yang dibawanya dari kampus.

"Anak ini, daun katuk saja dibuat serumit itu," keluh Bu Rini sambil tersenyum bangga.

3. Cerita dari Ibu-ibu Desa
Suatu sore, Nanda menemani ibunya ke balai desa. Di sana, sekelompok ibu-ibu sedang menimbang bayi dan berdiskusi tentang kesehatan.

"Ibu Rini, katanya anakmu meneliti daun katuk ya?" tanya salah satu ibu, Bu Salma.

"Iya, Bu. Katanya daun itu punya zat penting buat kesehatan."

"Wah, cocok itu. Soalnya saya dulu waktu menyusui, tiap makan sayur katuk, ASI lancar sekali," kata Bu Lilis sambil tertawa.

Nanda yang mendengarnya langsung mencatat hal itu.
Ia mulai menyadari bahwa pengalaman empiris para ibu desa mungkin menjadi data awal yang sangat berharga.

Dari situ ia mulai mewawancarai beberapa orang: petani, bidan desa, dan para ibu muda. Banyak di antara mereka mengaku merasa tubuh lebih segar dan cepat pulih setelah makan daun katuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun