Namun, ada juga yang salah paham.
Ada yang percaya katuk bisa menyembuhkan semua penyakit, bahkan ada yang memakainya berlebihan tanpa tahu dosis.
"Kalau begitu, aku harus memastikan datanya benar," gumam Nanda dalam hati.
4. Eksperimen di Rumah Panggung
Malam itu, di kamar yang diterangi lampu minyak kecil, Nanda mengatur peralatan sederhananya: mikroskop portabel, alat ukur pH, serta larutan pelarut alami dari etanol. Ia menyiapkan ekstrak daun katuk dengan teknik sederhana: pengeringan, penumbukan, dan perendaman.
Ibunya hanya memandang dari pintu.
"Kamu ini seperti ilmuwan sungguhan, Nak," kata Bu Rini.
"Ilmuwan kampung dulu, Bu. Tapi siapa tahu bisa jadi peneliti sungguhan," jawab Nanda tersenyum.
Setelah seminggu, ia berhasil mendapatkan data kandungan kimia utama daun katuk: klorofil tinggi, protein nabati, dan beberapa senyawa aktif seperti papaverine dan karoten. Ia kemudian membandingkan hasil itu dengan data literatur yang ia baca dari internet.
"Hasilnya cocok," bisiknya kagum. "Tapi kadar nutrisi daun katuk di tanah desa kita ternyata lebih tinggi."
Ia belum tahu bahwa temuan kecil itu akan mengubah hidup banyak orang di desanya.
5. Kabar dari Rumah Sakit
Beberapa hari kemudian, adik Nanda, Nuri, pulang dari rumah sakit setelah melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya masih lemah, ASI-nya belum lancar.
"Mas, kata bidan aku kurang ASI. Mungkin karena stres," keluhnya.