Nanda menatap wajah adiknya. Ia teringat pada semua data yang ia kumpulkan.
"Mau coba rebusan daun katuk buatan Mas?"
"Katuk? Sayur itu?"
"Iya. Tapi ini sudah diolah khusus. Aman. Aku mau lihat efeknya."
Nuri mengangguk. Ia minum ramuan itu setiap pagi dan sore selama tiga hari.
Hasilnya mengejutkan: produksi ASI meningkat, tubuhnya lebih bugar, dan bayi kecilnya tampak lebih tenang saat menyusu.
Bidan desa yang mendengar kabar itu datang menemuinya.
"Nanda, apa kamu bisa bantu buatkan untuk ibu-ibu lain juga?"
Dan sejak itu, setiap pagi, rumah Pak Amir dipenuhi ibu-ibu yang ingin mencoba rebusan daun katuk.
6. Desa yang Mulai Hijau
Melihat antusiasme warga, Kepala Desa, Pak Darwis, datang berkunjung.
"Nanda, saya dengar kamu menemukan cara baru mengolah katuk?"
"Iya, Pak. Tapi masih tahap awal. Saya sedang uji kadar gizinya."
"Bagus! Kalau begitu kita bisa buat kebun katuk bersama. Desa ini tanahnya cocok."
Dalam waktu sebulan, pekarangan warga berubah jadi hijau. Setiap rumah menanam dua atau tiga rumpun katuk. Nanda melatih pemuda desa untuk mengeringkan dan mengekstrak daunnya menjadi bubuk alami.
Bu Rini membantu membuat kemasan sederhana.
Mereka menamainya "KATUK SEHAT LEMBANG JAYA".
Produk itu mulai dijual di pasar tradisional, lalu masuk ke koperasi sekolah dan puskesmas. Permintaan meningkat dari hari ke hari.
"Mas Nanda, banyak ibu pesan lagi!" teriak Nuri dari dapur.