"Bukan. Â Sekarang namanya ...." Jawaban Poltak terputus. Â Dia sedang mengunyah nenas.
"Apa, Poltak." Berta tak sabar. Dia menatap wajah Poltak penuh minat. Penasaran.
"Apa tadi, ya?"
"Nama gunung itu!"
"Oh, iya. Â Sekarang namanya Berta Rianiate." Â Poltak menyebut nama lengkap Berta.
Kali ini Poltak tak sempat menghindar. Â Tepat di ujung ucapannya, sebuah gebugan mendarat telak di punggungnya.
"Amangoi. Sakit itu, pariban."
"Salah sendiri." Â
Berta tertawa senang. Â Bukan karena berhasil menggebug punggung Poltak. Â Bukan. Â Tapi karena kebohongan Poltak membuatnya tersanjung. Â
Keduanya terdiam dalam suka-cita. Hening. Â
Sepasang punai melayang di atas kepala mereka. Berdua terbang ke arah puncak Gunung Simanuk-manuk. Atau Gunung Berta Rianiate. Mungkin mau minta restu kepada Namartua Simanuk-manuk, roh penunggu gunung itu.