Berta tak menyahut. Â Tak juga bergerak untuk mencubit atau memukul Poltak.Â
Poltak melirik. Â Dengan ekor matanya dia melihat Berta sedang menatapnya sambil tersenyum manis. Â Manis, lebih manis dari buah nenas yang baru saja dipetiknya.
"Ayo, kita kupas nenas Berta yang manis ini."
"Aku atau nenas itu?"
"Apa?"
"Manis."
"Nenas." Â Poltak tertawa. Dia berdusta. Â Berta cemberut. Â Tapi suka pada dusta Poltak.
Poltak mengupas buah nenas itu dengan cekatan. Membuang mata-matanya yang bisa bikin gatal lidah. Â Didapatlah daging buah nenas bugil warna kuning ranum merangsang liur.
Poltak memotong satu juring dan mengangsurkannya kepada Berta. Â
"Coba, cicipi."Â
Berta mengambil potongan juring nenas itu. Menggigit pangkalnya . Â Mengunyah perlahan, membiarkan lidahnya mengindera rasa.