"Hah!" Â Cubitan Berta menyerang pinggang Poltak lagi.Â
Tapi Poltak lebih gesit. Sudah lebih dulu lompat menghindar sambil tergelak.Â
"Curang!"
"Cubitanmu sakit." Â Poltak masih tergelak.
"Kamu nakal, soalnya." Â Berta cemberut. Pura-pura.
"Nah, ketemu. Ini dia nenas paling manis." Â
Poltak merebahkan satu buah nenas yang kulitnya sudah memerah ranum, sambil menyentil-nyentilnya dengan jari telunjuk.
"Kenapa pula kau sentil-sentil nenas itu, Poltak."
"Mau dengar bunyinyalah."
 "Tanda manis jugakah?"
"Ya, bunyi nenas manis itu, kalau disentil, merdu macam suara kau, Berta."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!