Murid-murid kelas lima tampak puas dengan penjelasan guru mereka. Mereka satu sama lain saling pandang, senyum, tanda paham.
"Alogo! Karena kau salah jawab, maka Pak Guru menghukummu berdiri di depan kelas satu jam pelajaran."
Pandangan Guru Harbangan beralih ke Poltak. "Kenapa pula anak seperti ini harus lahir ke dunia," katanya dalam hati.Â
Tak pernah terpikirkan oleh Guru Harbangan bahwa dia harus minta bantuan Guru Gayus. Hanya untuk menghadapi Poltak, seorang murid yang gemar menanyakan dan menyatakan hal-hal yang aneh.
"Poltak," katanya dengan nada suara rendah tapi tegas, "kau temani Alogo berdiri di depan kelas. Biar dia ketularan pintarmu." (Bersambung)