"Poltak! Alogo! Ke depan!" perintah Guru Harbangan tegas, lalu melangkah menuju mejanya dan, kemudian, duduk di kursi.
"Kenapa kalian berdua gaduh!"
"Alogo memaki aku, Gurunami."
"Poltak duluan yang kurang ajar, Gurunami. Dia menyebut nama bapakku!"
Bagi orang Batak Toba, pantang bagi anak kecil menyebut nama orangtua. Dianggap tak sopan, kurang ajar.Â
Orangtua Batak, sebagai bentuk penghormatan, dipanggil sesuai nama anak sulungnya. Semisal Ama ni Poltak, untuk bapak dan Nai Poltak, untuk ibu. Â Kalau belum punya anak, dipanggil Ama ni Paima atau Nai Paima yang sedang paima, menunggu, karunia anak dari Tuhan.
"Aku cuma bilang Alogo seperti Si Tomas, Gurunami."
"Itu, Gurunami. Dia sebut lagi nama bapakku. Kuranga ajar kau Poltak! Calon pastor apa kau itu!"
"Bah! Manalah kutahu kalau nama bapakmu Tomas, Alogo!"
"Diam!" hardik Guru Harbangan. Poltak dan Alogo kaku beku lagi. "Kenapa kau bilang dia seperti Tomas, Poltak," lanjutnya menyidik.
"Alogo tak percaya aku pernah menonton film koboi di bioskop di Siantar, Gurunami. Jadi kubilanglah dia seperti Si Tomas."