Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertemuan Pertama dengan Kotak Ajaib

16 September 2025   06:25 Diperbarui: 16 September 2025   21:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://museum.ipsj.or.jp/en/computer/personal/0021.html

Namun, ia tetap ingat akar. "MS-DOS tetap penting," katanya. "Tanpa DOS, Windows tak bisa berdiri."

Dia mulai mencoba Windows 3.1. "Wah, enak sekali," pikirnya. Semua perintah kini cukup dengan klik, tidak perlu lagi mengetik barisan rumus seperti di MS-DOS.

Ia teringat, di MS-DOS dulu ia harus mengetik beberapa baris perintah dengan tanda titik hanya untuk bisa menghasilkan sebuah lagu sederhana.

Tahun 1995, Microsoft meluncurkan Windows 95. Dunia komputer geger. Ada tombol Start, ada taskbar, ada menu yang lebih rapi.

Suatu saat kebetulan Nullo ada urusan ke kota provinsi, yang berjarak 12 jam perjalan dengan bus dari daerahnya. Itu sekalian dia manfaatkan pergi toko komputer yang lengkap. Nullok rela antre di toko komputer untuk melihat demo. Ia jatuh cinta seketika. "Ini masa depan," katanya mantap.

Pulangnya Ia belajar instalasi dari CD-ROM yang ukurannya jauh lebih besar dibanding disket. Proses lama, tapi hasilnya memuaskan. Ia kini bisa menjelaskan ke orang lain: cara membuat folder, cara copy-paste, cara membuka dua aplikasi sekaligus.

"Dulu semua harus hafal perintah," katanya. "Sekarang cukup klik."

Akhir 1990-an, Nullok makin sibuk. Windows 97 lalu 98 masuk ke pasaran. Warnet mulai bermunculan. Ia belajar internet dengan modem dial-up. Suara kreeek... kriiit... tututut... begitu akrab di telinganya.

Namun musuh baru muncul: virus komputer. Disket sering membawa tamu tak diundang. Ada virus Michelangelo, ada CIH, bahkan virus lokal yang bandel.

Nullok pusing, tapi tidak menyerah. Ia belajar menginstal antivirus, melakukan registry edit, bahkan mencoba membuat batch file kecil untuk melawan virus.

Teman-temannya menyebutnya "dokter komputer". Ia tertawa, meski sebenarnya kadang frustasi karena virus lebih cepat berkembang daripada antivirus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun