Andai rindu bisa dikirim lewat paket kilat,
Rumahmu sudah penuh sesak tiap hari.
Tiap kotak berisi degup yang tak sempat kusampaikan,
Tiap amplop berisi tatapan yang tak pernah sempat singgah.
Aku membungkus resah dalam kertas sunyi,
Menuliskan alamatmu dengan tinta doa.
Berharap kurir semesta tak pernah salah jalur,
Agar rinduku tiba, tepat di depan pintumu.
Tapi rindu tak pernah mengenal ongkos kirim,
Ia selalu berangkat tanpa tanda terima.
Mengetuk jendela hatimu tanpa aba-aba,
Dan seringkali kembali padaku tanpa balasan.
Meski begitu, aku tak akan berhenti mengirim,
Sebab rindu ini bukan beban.
Ia adalah bukti bahwa aku masih hidup,
Masih punya alasan untuk menatap hari esok.
Dan andai suatu saat kau buka pintumu,
Menemukan tumpukan rindu yang tak terbendung,
Jangan kaget.
Itu hanyalah aku,
Yang terlalu yakin bahwa perasaanku layak sampai.
Meski jarak dan waktu terbentang,
Menjadikan kurir terlambat,
Rindu bukan sekadar menunggu,
Ia adalah keberanian untuk tetap percaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI