Tahun 1990, di sebuah kota kecil di tepi sungai besar, seorang lelaki bernama Nullok untuk pertama kalinya melihat benda yang kelak akan mengubah seluruh jalan hidupnya.
Bentuknya aneh, warnanya krem pucat, dengan layar cembung hijau kehitaman. Ketika dinyalakan, terdengar suara berdengung, kipas berputar, dan deretan huruf putih muncul di layar.
Pamannya, seorang pegawai kantor pemerintahan, berkata penuh kebanggaan, "Ini komputer, Llok. Prosesornya 286. Kalau kau bisa belajar, masa depanmu cerah."
Nullok mengangguk-angguk. Dalam hati ia bertanya-tanya: bagaimana mungkin benda sebesar koper ini bisa menulis surat, menghitung angka, bahkan katanya bisa menggambar?
Baginya, komputer lebih mirip mesin tik yang keracunan listrik.
Namun ada satu hal yang membuatnya tertarik. Saat pamannya mengetik perintah DIRÂ lalu menekan Enter, layar langsung memunculkan daftar file. Ajaib sekali, pikirnya. Tanpa kertas karbon, tanpa tinta habis, hanya dengan menekan beberapa tombol huruf.
Malam itu, ketika semua orang sudah tidur, Nullok menatap buku manual tebal berbahasa Inggris. Untunglah sejak SMP ia memang suka membuka kamus Oxford mini.
Jadi meskipun banyak istilah asing, ia bisa menebak maksudnya. Kata "directory" ia pahami sebagai daftar isi. Kata "copy" jelas artinya menyalin. Kata "delete" tentu berarti menghapus.
Sejak malam itu, hatinya tertambat. Hari-hari berikutnya, Nullok mencoba satu per satu perintah yang tertulis di buku manual.
COPY Â