Dia bingung, gadis secantik ini bagaimana bisa mengenali dirinya? Apakah mimpi? Tanya Otong dalam hati sambil mencubit tangannya. Ternyata sakit.
"Duh, lo kok masih muda udah pikun, Bang. Gue Bavik, inget gak?"
"Eh? Bavik?" Otong masih bingung. Nama itu kayak familiar, tapi dia nggak yakin dari mana.
Bavik senyum lagi, "Ndak banyak yang namanya Bavik lho, Bang. Atau lo kenal Bavik yang lain?"
"Oh iya, baru gue inget! Lo anaknya Pak Prindavan, kan?"
Bavik ngangguk, senyum makin manis. Sampai dalam hati Otong mikir, "Ini beneran Bavik yang dibilang anak-anak kos gue dulu cantik banget? Ya, bener juga sih, nih cewek emang cakep parah."
"Buset dah, gue kira ada artis dari mana kesasar di sini. Ternyata lo udah gede aja, cantik lagi."
"Emangnya gue batu yang nggak bisa tumbuh, Bang?" jawab Bavik ceplas-ceplos. Hatinya sangat senang di bilang cantik. Memang ada gadis senang di bilang jelek?
"Eh, lo mau ke mana sih, Bang?" tanyanya membuyarkan lamunan Otong.
"Gue mau cari tambang atau orang yang mau pulang ke kampung. Mau balik kampung nih," jawab Otong panjang lebar.
"Kalau gitu, abang tolongin gue dulu, dong," kata Bavik tiba-tiba.