"Nolong? Nolong apaan?" Otong bingung, soalnya saat ini dia juga lagi buru-buru.
"Antar gue beli sisir rambut, dong. Gue udah nggak punya sisir lagi, nih."
"Beli sisir?" Otong garuk-garuk kepala yang nggak gatal, "Masa beli sisir aja butuh ditemenin?"
"Yalah, Bang. Ayolah, antar gue," Bavik menarik tangan Sangen, dan dia bisa ngerasain lagi betapa lembutnya tangan gadis itu.
Bikin dia gemeteran kayak kena setrum listrik ribuan watt.
"Iya deh," jawab Otong akhirnya, meskipun hatinya galau. Harusnya dia segera cari tumpangan, tapi jalan bareng cewek cantik begini siapa yang bisa nolak?
Mereka jalan bareng ke pasar serba 35k, "Emangnya lo pulang dari mana sih, kok rapi banget?"
"Ya, turun dari rumah emang mau beli sisir. Tapi kalau sendiri agak serem juga, takut ada cowok-cowok yang iseng saja. Apa lagi kalau preman, iih serem deh."
"Kan bisa kapan-kapan aja beli sisirnya."
"Ndaklah, Bang. Gue di sini cuma numpang sama paman dan bibi, jadi nggak enak kalau sering keluar. Ini hari kan kebetulan hari Minggu, jadi kesempatan gue buat keluar."
Sepanjang jalan ke pasar, banyak teman-teman Bavik yang liat mereka berdua jalan bareng.