Meskipun kesal bin marah, Otong cuma bisa geleng-geleng kepala. Aneh aja, udah salah ngebut, nggak pakai helm, masih nyalahin orang lain lagi. Betul-betul maling teriak maling.
Baru juga mau jalan lagi, terdengar suara surgawi seorang gadis dari belakang, "Bang... Bang... Bang..."
Suara merdu yang bikin kuping adem. Tapi, Otong lagi nggak mood buat ngeladenin, dia jalan aja perlahan-lahan, takut kejadian hampir ketabrak tadi terulang kembali.
Dalam pikirannya, Otong ngelamun soal hal-hal serius, kayak tambang emas liar yang merusak lingkungan dan bikin jalur pelayaran sungai jadi nggak aman lagi.
Sepanjang sungai Kapuas, pasir dan batu disedot abis-abisan, sampai sungainya dangkal di musim kemarau.
Tiba-tiba, ada sebuah jari lembut bak giok yang nyolek pundaknya, "Bang Otong ..."
Refleks saja Otong menoleh, dan matanya ketemu sama seorang cewek cantik, putih, hidung mancung, seumuran anak SMA. Tingginya sekitar 160 cm. Cewek ini berdiri di depannya, senyum manis banget kayak bidadari turun dari langit.
Cewek itu pakai rok batik panjang sampai betis, dengan sandal heels open toe yang memamerkan kaki mulusnya. Rambutnya tebal panjang hitam, bibirnya merah alami, tetapi nggak pakai lipstik apapun. Kuku kaki bersih, tanpa kuteks.
Wih, bikin Otong sampai terdiam kayak patung.
"Abang lupa sama gue, ya?" tanya cewek itu, masih dengan senyuman yang bisa bikin cowok-cowok susah makan dan tidur.
Otong bengong, otaknya bekerja keras mencoba mengingat, "Siapa ya, Non?" tanyanya penuh rasa penasaran.