"Kakek ngrokok, nenek ngonten, yang kerja malah dijatuhin."
  "Respect buat mbaknya."
Marti tidak jadi update video baru hari itu. Ia diam di kamar, menatap notifikasi penuh dengan kritik.
Sementara di dapur, Dariawati menyeduh teh untuk dirinya dan Nullok.
"Kamu nyesel?" tanya Nullok.
Dariawati tersenyum.
"Tidak. Luka bisa sembuh. Tapi harga diri? Sekali hancur... harus aku rawat sendiri."
Pukul 04.45 -- Doa di Atas Kesombongan
Azan subuh bergema. Di kamar depan, Marti sudah mengenakan mukena putih bordir emas---yang biasa ia sebut "mukena Turki, oleh-oleh Umrah dari David dan Marniwati." Ia membentangkan sajadah besar, lalu memulai salat subuh berjamaah... dengan dirinya sendiri.
Setelah salam, ia menengadahkan tangan tinggi-tinggi.
"Ya Allah, panjangkan umurku... lancarkan rezeki David dan Marniwati... jauhkan rumah ini dari iri dengki dan anak yang durhaka dan tidak bersyukur..."