"Uak, wak, ini Nina di sini, wak!"
Semua menghambur ke kebun salak. Di sana, Nina tidur pulas beralaskan pelepah pisang, dengan badan terbungkus sarung sambil mengigau, "Aku enggak mau sekolah...aku enggak mau sekolah."
Mereka mengangkat dan membaringkan Nina di atas kasur. Meylani panik melihat putrinya yang tampak pucat dan kedinginan. Dengan telaten dia mengompres dahi Nina dengan air hangat sambil memijit-mijit kaki dan tangannya. Saat ditanya kenapa dia bisa tidur di kebun salak, Nina hanya menjawab kalau dia tidak mau sekolah.
Setelah kejadian hari itu, Nina jatuh sakit. Badannya panas dan menggigil. Dia juga terus mengigau siang dan malam.
Kasmidi dan Meylani tidak begitu menghiraukan igauan anaknya. Bagi mereka itu hal biasa karena Nina memang sering mengigau saat tidur. Dan urusan dia bisa tidur di kebun, mereka menyimpulkan bahwa hal itu terjadi karena Nina tidur sambil berjalan.
*****
Suatu malam, di hari kedua Nina sakit, Meylani datang ke kamarnya untuk mengecek apakah Nina sudah membaik atau belum.
"Sudah turun rupanya panas kamu, besok sekolah, ya Nin," katanya sambil membolak-balikkan telapak tangan di dahi anaknya. "Udah dua hari kamu enggak masuk, nanti kamu ketinggalan pelajaran."
Nina terkejut mendengar perkataan ibunya. Bagaimana ini, batinnya. Malam itu pun dia memikirkan seribu satu cara supaya besok dia tidak sekolah. Yang pasti dia tidak akan sembunyi di balik pohon-pohon salak lagi karena sudah ketahuan.
Esoknya, pukul 5 pagi Nina mengendap-endap keluar dari kamarnya sambil membawa sarung kesayangannya. Seperti biasa dia membuka pintu belakang dengan pelan dan berjalan menuju kebun.Â
Kali ini yang jadi sasarannya adalah kebun pisang, yang tidak jauh dari kebun salak. Namun sayang, misinya kali ini ketahuan sama Uak Lastri yang sedang mengambil air wudu di sumur belakang rumahnya.Â