Pada bait kedua Matthew berhenti menulis, mendongakkan kepalanya. Ia terlihat berpikir.
"Marianne? Bisakah kau katakan padaku dimana Tuhan berada? Agar aku bisa menuliskan alamatnya" tanya polos Matthew.
"Menurutmu, kau merasakan Tuhan berada dimana, Matt?"
"Ummm, ia sangat besar, kuat, dan ajaib. Kurasa tanah ini pun tidak sanggup menopangnya. Aku berpikir bahwa ia berada jauh di atas. Dan sedang melihat kita menggunjingnya sekarang. Apakah itu benar, Marianne?"
"Jika kau meyakininya demikian maka kau benar, Matt."
Kepada: Tuhan
Alamat: Di Atas
Tuhan, superheroku yang baik, ini aku, Matthew. Hari ini kakek Phillip sedang sakit. Daniel membawanya kembali kerumah setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, aku tidak tau mengapa ia lakukan padahal kondisinya tidak lebih baik daripada kemarin. Tapi aku sempat mendengar percakapan bahwa kakek butuh operasi. Aku tidak mengerti hal atau apakah itu. Tapi apakah itu adalah obatnya, Tuhan? Jika iya, bisakah kau kirimkan itu pada kami agar kakek Phillip sembuh?
Tuhan, aku sangat ingin kakek sembuh karena aku sudah berjanji akan membelikannya gondola untuk kami naiki bersama Daniel, Marianne, dan Lyn di sungai Amstel. Kakek harus sembuh untuk menepati janjinya. Oh! Jika tidak keberatan bolehkah aku minta tambahan permintaan, Tuhan? Sepertinya aku mulai kasihan pada Daniel, seharian ia mencekat kerongkongannya agar aku dan kakek bisa makan kuenya. Bisakah kau berikan setoples Eierkoek untuk Daniel, Tuhan? Dan kau sungguh amat baik hati bila memberiku satu permen saja sebagai bonus, hehe.
Rumah kami berwarna cat cokelat tua dengan bunga Hyancinth di halaman, terapit diantara bangunan megah di Kota Uithoorn jalan Van Eerbeeklaan di dekat gereja de Schutse. Tidak ada bangunan rumah tua selain milik kami disana, jika menemukannya maka itulah rumah kami. Matthew menunggumu bertamu, Tuhan.
Salam sayang, Matthew